REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra akan mempertimbangkan nama-nama tokoh dari luar partai untuk menjadi pendamping ketua umumnya, Prabowo Subianto, pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Meski begitu, Gerindra juga tetap mempertimbangkan nama-nama yang diajukan parpol terdekatnya, yakni PKS dan PAN.
“Kami pengen mengakomodir semua, tapi juga memang kita sebaiknya mempertimbangkan banyak aspek, termasuk juga nama-nama yang berasal dari luar partai," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono di Jakarta, Kamis (19/4).
Ferry melanjutkan, cawapres yang akan mendampingi Prabowo harus membawa suara yang besar kepada mantan danjen Kopassus itu untuk memenangkan kontestasi pilpres 2019. Sebelum menentukan cawapres, Gerindra juga akan terlebih dahulu membuat pertimbangan yang matang bersama PKS dan PAN.
"Pasti pengennya kan dengan (cawapres) yang potensi menangnya besar, tetapi semua aspek harus dipertimbangkan secara bersama-sama. Artinya, yang terpenting mendahulukan kepentingan bangsa, negara, dan rakyat," tutur dia.
Lembaga survei Median menyatakan, jika pilpres 2019 diikuti oleh tiga pasangan capres-cawapres, hasilnya pasangan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan memiliki tingkat elektabilitas yang tertinggi dibandingkan jika Prabowo disandingkan dengan beberapa tokoh lain. Elektabilitasnya adalah 33,9 persen.
Sementara itu, jika Prabowo dipasangkan dengan mantan panglima TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, elektabilitas yang diperoleh pasangan tersebut sebesar 33,5 persen. Kemudian, jika Prabowo dipasangankan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), keduanya memperoleh 31,5 persen. Lalu, bila Prabowo dengan TGB Zainul Majdi, elektabilitasnya 30,8 persen.
Skenario lainnya, jika nantinya pilpres 2019 hanya diikuti dua pasangan capres-cawapres, elektabilitas Prabowo dan Anies Baswedan juga masih memperoleh elektabilitas tertinggi dengan 34,9 persen. Disusul Prabowo-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 34,2 persen dan Prabowo-Gatot Nurmantyo 33 persen.