Senin 16 Apr 2018 18:44 WIB

Survei Median: Elektabilitas Jokowi Naik, Prabowo Turun

Masyarakat belum menemukan figur yang cocok melawan Jokowi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Sidarto menyampaikan rilis survei nasional Survei Elektabilitas Kandidat : Siapa Layak Jadi Lawan Atau Pasangan Jokowi ? di Jakarta, Senin (16/4). Hasil survei menunjukan Jokowi sebagai petahana memimpin dengan 36,2 persen sedangkan Prabowo menjadi penantang terkuatnya dengan meraih 20,4 persen.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Sidarto menyampaikan rilis survei nasional Survei Elektabilitas Kandidat : Siapa Layak Jadi Lawan Atau Pasangan Jokowi ? di Jakarta, Senin (16/4). Hasil survei menunjukan Jokowi sebagai petahana memimpin dengan 36,2 persen sedangkan Prabowo menjadi penantang terkuatnya dengan meraih 20,4 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media Survei Nasional (Median) merilis hasil survei nasional terkait elektabilitas kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) 2019-2024. Dalam survei tersebut, diketahui elektabilitas capres Joko Widodo (Jokowi) mengalami kenaikan dari 35,0 persen pada bulan Februari 2018 kini menjadi 36,2 persen pada bulan April 2018.

"Elektabilitas calon presiden tertinggi masih ditempati oleh Pak Jokowi dengan 36,2 persen, diikuti oleh Pak Prabowo Subianto dengan 20,4 persen, kemudian ada Pak Gatot Nurmantyo 7 persen, dan Pak Jusuf Kalla 4,3 persen. Kemudian, Anies Baswedan 2 persen, Cak Imin 1,9 persen, AHY 1,8 persen, dan Anis Matta 1,7 persen," kata Direktur Riset Median, Sudarto, Senin (16/4).

Sementara itu, hasil survei yang berbeda justru diperoleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang mengalami penurunan elektabilitas dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen pada bulan April 2018.

"Memang hari ini kenapa Pak Jokowi paling tinggi elektabilitasnya karena masyarakat masih belum menemukan figur yang cocok melawan Jokowi. Ada yang katakan Pak Prabowo cocok, ada yang mengatakan Pak Gatot, ada yang mengatakan Pak Anies, sehingga suara tersebar di banyak tokoh," ungkapnya.

Untuk diketahui, metode yang dipakai dalam survei tersebut melibatkan 1.200 responden sebagai target sampel. Responden dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement