Senin 16 Apr 2018 16:43 WIB

Lima: Amien Rais Memilih Jalan Kontroversi daripada Edukasi

Lima menilai pernyataan Amien Rais terkesan serampangan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Bayu Hermawan
Amien Rais
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai, pernyataan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais soal adanya partai Allah dan partai Setan adalah pernyataan serampangan. Menurut dia, pernyataan tersebut keluar dari suasana hati bernada putus asa. Meski Amien Rais membantah jika pernyataan bukan bernada politik, sulit untuk tidak mengaitkan.

"Tapi jelas sulit dipisahkan dari makna partai politik. Penyebutan PKS, Gerindra, dan PAN sebagai partai Allah, dengan sendirinya menepis partai politik lain sebagai bukan partai Allah. Tak perlu berbelit untuk memahami kerangka berpikir demikian," ujarnya, Senin (16/4).

Kecuali, lanjut Ray, pernyataan itu dibuat umum, tanpa menyebut contoh partai yang masuk kategori partai Allah. Sebagaimana kaburnya pemilahan partai Allah dengan partai setan itu, makna keduanya juga sama kaburnya. Amin Rais sama sekali tidak menyebut kriteria yang ia maksudkan sebagai partai Allah atau partai setan.

"Hanya secara serampangan bernada putus asa, Amien Rais lalu memasukkan tiga partai ke dalam partai Allah dan tidak menyebut contoh seperti apa partai setan," ujarnya.

Maka demikian, dengan pernyataan serampangan seperti ini, sama sekali tidak membantu untuk meningkatkan kualitas dan kedewasaan berdemokrasi bangsa Indonesia. Alih-alih meningkatkan, yang ada adalah kegaduhan, perbincangan tanpa faedah, dan lebih meningkatkan ketidaksukaan publik kepada partai politik. Bahkan, sekaligus meningkatkan suhu negatif suasana politik menjelang pemilihan umum (pemilu) yang akan datang.

"Sangat disayangkan. Amien Rais tampaknya lebih memilih jalan kontroversi dari\pada edukasi. Memilih ingar bingar serampangan daripada refleksi," katanya.

Selain itu, Ray juga berpendapat bahwa pernyataan-pernyataan itu rasanya bahkan tidak juga membantu partai yang didirikannya untuk meraih suara. Seharusnya, makin dewasa bangsa Indonesia, yang dipertontonkan adalah kematangan, objektif, dan nalar kritis. "Bukan sebaliknya, demokrasi makin matang, tetapi ada pelakunya yang nampak tak siap untuk lebih bijak, rasional, dan dewasa," kata Ray.

Salanjutnya, Ray juga mengeluhkan pernyataan serampangan bernada keputusasaan yang muncul saat terlihat makin maraknya isu SARA pada kondisi politik. Maka, sebaiknya para pemimpin, termasuk Amien Rais, membantu meredamnya, saat fitnah, caci maki, dan kebencian makin marak. "Mengarahkan makna demokrasi dan tujuan berpemilu kita. Yakni mendapatkan elite politik yang amanah, berdedikasi, dan antikorupsi," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement