Senin 16 Apr 2018 14:40 WIB

Rating RI Membaik, Lalu Apa Pengaruhnya?

Moody's: Peningkatan peringkat didukung kebijakan pemerintah dan otoritas lainnya

Rep: Iit Septyaningsih, Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Petugas memantau pergerakan Surat Utang Negara (SUN) di Delaing Room Treasury OCBC NISP, Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan
Petugas memantau pergerakan Surat Utang Negara (SUN) di Delaing Room Treasury OCBC NISP, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service (Moody's) menaikkan sovereign credit rating Indonesia dari Baa3 Positive Outlook menjadi Baa2 Stable Outlook (setara dengan level BBB). Dengan demikian, Indonesia sudah mendapatkan peringkat Baa2/BBB dari empat lembaga ternama, yakni Fitch (Desember 2017), JCRA (12 Februari 2018), R&I (7 Maret 2018), dan Moody's.

Berdasarkan definisi peringkat Moody's, peringkat Baa2 berarti surat berharga yang diterbitkan Indonesia berada dalam kategori moderate credit risk dan medium grade. Peringkat itu menggambarkan posisi yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan serta menunjukkan risiko yang berimbang. Dengan kata lain, posisi surat utang Indonesia dan risiko investasinya menjadi makin baik bagi investor internasional.

Dalam laporan yang di rilis, Jumat (15/4), Moody's menyatakan, peningkatan peringkat didukung kerangka kebijakan pemerintah dan otoritas lainnya yang lebih kredibel dan efektif dalam mendukung stabilitas ekonomi makro. Menurut Moody's, kebijakan fiskal yang berhati-hati dan diikuti kebijakan moneter yang kondusif telah meredam tekanan yang bersumber dari internal maupun eksternal.

Moody's juga menilai membaiknya diversifikasi basis ekspor turut mendukung stabilitas perekonomian terjaga, khususnya dalam perbaikan defisit neraca transaksi berjalan. Selain itu, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan stabil serta sistem perbankan yang sehat turut menjadi catatan positif dalam kenaikan peringkat ini.

Dari segi fiskal, defisit APBN yang selalu berada di bawah tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB) merupakan indikasi disiplin pemerintah dalam menjaga keberlangsungan dan kesehatan fiskal. Berdasarkan hasil proyeksi Moody's, dengan mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan akselerasi belanja produktif, tingkat utang pemerintah akan tetap di bawah negara-negara lainnya yang berada dalam kelompok layak investasi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merespons positif langkah Moody's menaikkan peringkat Indonesia. "Ini salah satu capaian kita, tentu disyukuri. Kita tetap akan bekerja lebih keras lagi agar lebih baik," ujarnya melalui Facebook, Ahad (15/4).

Menurut Sri Mulyani, penilaian Moody's terkait kerangka kebijakan perekonomian pemerintah yang kredibel dan efektif ini merupakan konfirmasi bahwa pemerintah selalu berupaya memperbaiki kebijakan. Tujuannya agar kredibel serta efektif untuk membangun ekonomi Indonesia, menciptakan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan juga mengurangi kesenjangan.

Dia menjelaskan, pemerintah akan terus berupaya agar APBN menjadi instrumen yang bisa melindungi rakyat Indonesia dari setiap guncangan. "Prinsip kehati-hatian, akuntabilitas, serta transparansi merupakan kunci," ujar Sri Mulyani.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, penaikan peringkat oleh Moody's merupakan pengakuan bahwa pembangunan dan kebijakan ekonomi Indonesia berada di jalur tepat.

"Secara khusus, utuk kebijakan fiskal, Moody's melihat kebijakan fiskal lebih prudent. Defisit fiskal dan tingkat utang yang terjaga rendah telah mengurangi risiko pembiayaan," katanya kepada Republika, di Jakarta, Ahad (15/4).

Menurut Suahasil, Moody's juga melihat sinergi kebijakan fiskal, moneter, serta reformasi sektor riil yang lebih baik. "Pemerintah Indonesia akan terus melakukan perbaikan kerangka kebijakan mendorong pertumbuhan, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan," ujarnya.

Ditemui di Batam, Kepulauan Riau, Bank Indonesia menilai hasil reformasi kebijakan di sektor riil, fiskal, dan moneter akan mendorong kenaikan peringkat utang Indonesia dari berbagai lembaga internasional, termasuk dari Standard and Poor's (S&P) yang juga akan merngumumkan penilaiannya tahun ini.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan peringkat dari Moody's membuktikan kebijakan moneter yang terukur dan disiplin fiskal telah meningkatkan kepercayaan dunia terhadap perekonomian domestik. "Ini akan membuat kita optimistis ke depan Indonesia akan terus bisa meningkatkan rating kita," kata Agus.

Selain S&P, ujar dia, empat lembaga pemeringkat internasional sudah menaikkan Indonesia satu level di atas layak investasi (investment grade). Empat lembaga itu adalah Fitch Ratings, Moody's, Rating and Investment Information, dan Japan Credit Rating Agency.

S&P pada Mei 2017 menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil atau setara layak investasi. Indonesia membutuhkan waktu enam tahun untuk diganjar layak investasi oleh S&P.

Pada tahun ini, Agus melihat keberlanjutan reformasi perizinan investasi di tingkat pusat dan daerah serta penentuan prioritas sektor industri yang akan berdampak positif. Secara jangka panjang, hal tersebut akan meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata internasional.

Selain itu, salah satu upaya reformasi yang berpotensi signifikan meningkatkan investasi adalah perubahan skema berbagai paket insentif pajak, seperti pembebasan pajak 100 per sen (tax holiday) dan pengurangan pajak (tax allowance) bagi sektor industri pionir.

Pengamat ekonomi dari Asian Development Bank Institute (ADBI), Eric Sugandi, menilai keputusan Moody's memiliki pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, langkah Moody's bisa membantu memberikan sentimen positif kepada pelaku pasar obligasi di Indonesia. Sementara itu, untuk jangka panjang, penaikan peringkat itu juga bisa membantu menurunkan biaya penerbitan obligasi atau menurunkan yield. n ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement