Ahad 15 Apr 2018 10:07 WIB

Sulitnya UN Matematika dan Jeritan Anak Millenial di Medsos

Kemdikbud mulai terapkan soal yang membutuhkan daya nalar tingkat tinggi

Suasana hari pertama UNBK di SMAN 6 Kota Tasikmalaya Jawa Barat, Senin (9/4).
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Suasana hari pertama UNBK di SMAN 6 Kota Tasikmalaya Jawa Barat, Senin (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Beginilah reaksi anak zaman now ketika menghadapi sulitnya Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang digelar pada 9-12 April lalu. Mereka tak sungkan menumpahkan kekesalannya atas soal matematika yang sangat sulit ke akun media sosial instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, @muhadjir_effendy.

Para peserta UN itu mengeluhkan soal UNBK yang tak sesuai dengan uji coba dan kisi-kisi. "Parah, soal UN Matematika-nya susah banget, percuma belajar siang malam pagi sore nggak ada yang keluar," ujar akun @_putrilee mengeluhkan soal UN Matematika yang menurutnya susah.

Akun lainnya, @anon2585 meminta agar Mendikbud mengerjakan soal matematika agar tahu susahnya soal UNBK Matematika pada tahun ini. "Coba Pak, sekali kali kerjain UN Matematika yang sekarang, biar bapak tau betapa susahnya kita mengerjakan soal soal yang bapak kasih," keluh akun @anon2585.

Para anak millenial ini juga mengritisi sulitnya soal fisika dan kimia untuk UN jurusan IPA, dan matematika serta ekonomi untuk jurusan IPS. "Soal UN Matematika sulit, jauh berbeda dengan soal yang dikerjakan saat uji coba dan kisi-kisi," ujar seorang peserta UN, Yudha Pratama.

Siswa salah satu SMA di Riau ini mengaku khawatir dengan tingkat kesulitan soal UN tersebut, karena akan berdampak pada nilai UN. Meskipun saat ini nilai UN tak lagi menentukan kelulusan, tetapi masih menjadi pertimbangan untuk masuk ke perguruan tinggi dan melamar pekerjaan.

Sejumlah Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta juga mengakui soal ujian Matematika dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Perbandingannya kalau biasanya dikerjakan satu kali ketemu, kali ini dua atau tiga kali belum tentu langsung ketemu (jawabannya)," kata Kepala SMA Negeri 11 Yogyakarta Rudy Rumanto.

Rudy mengakui banyak siswa SMAN 11 Yogyakarta yang mengeluhkan tingkat kesulitan soal Matematika pada UNBK tahun ini. "Saya sempat berpikir kalau di Yogyakarta saja (siswa) kesulitan, bagaimana di daerah-daerah terpencil di Indonesia lainnya," kata dia.

Menurut dia, meski soal dirancang dengan menerapkan high order thinking skills (HOTS) atau membutuhkan daya nalar tingkat tinggi seperti kisi-kisi yang diberikan oleh Kemendikbud, namun pengembangan soal untuk UNBK ternyata terlalu luas.

"Mungkin pengembangan soal dari kisi-kisi terlalu jauh sehingga bisa dikatakan tingkat kesulitannya menyerupai soal SBMPTN," kata dia.

Rudy mengatakan kendati penerapan soal HOTS dinilai positif untuk meningkatkan kualitas UNBK, sebaiknya pada masa transisi tahun ini soal-soal HOTS tidak diterapkan secara menyeluruh. "Kalau menurut kami, soal HOTS boleh saja akan tetapi untuk awal-awal tidak semuanya, cukup sebagian dulu sajalah," kata dia.

Kepala SMAN 1 Yogyakarta Rudy Prakanto mengatakan siswanya mampu mengerjakan soal Matematika UNBK, meski dirasa lebih sulit dan proses pengerjaannya membutuhkan waktu lebih lama. "Mereka merasa agak kaget saja karena lebih rumit. Namun semuanya terlihat menikmati dan mengerjakan sampai bel tanda waktu mengerjakan selesai," kata dia.

Menurut Rudy, soal HOTS cukup bagus dan perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas UNBK serta mendorong berpikir kritis serta mengasah daya analisis siswa. Meski demikian untuk mengimbanginya, ia berharap para guru secara keseluruhan perlu dilatih terlebih dahulu agar mampu menyampaikan pembelajaran dan penilaian dengan soal-soal HOTS di kelas.

Sementara itu Direktur Global Sevilla, Robertus Budi Setiyono, mengatakan sekolahnya menampung keluhan siswanya yang mengikuti UN. "Anak-anak banyak mengeluhkan soal yang tidak sesuai dengan kisi-kisi yang disampaikan terutama untuk mata pelajaran fisika, kimia dan matematika," kata Budi.

Menurut Budi, hal itu yang membuat siswanya merasa kaget. Sebab meskipun nilai UN tidak menentukan kelulusan, namun masih menjadi bahan pertimbangan untuk memasuk jenjang perguruan tinggi.

 

Daya nalar tingkat tinggi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

photo
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat meninjau pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 29 Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (2/4).

mengatakan pemberian bobot pada soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) khususnya untuk mata pelajaran matematika tingkat sekolah menengah atas (SMA) sederajat berbeda dengan penilaian biasanya. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kesulitan soal.

"Memang yang akan dipetakan lewat UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. Tetapi pemberian bobotnya juga beda," ujar Muhadjir di Jakarta, Sabtu.

Mendikbud mengakui soal UN pada tahun ini lebih sulit karena memang yang ingin dipetakan melalui UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. "Saya justru kecewa, kalau banyak siswa yang bilang soalnya gampang. Tidak belajar sungguh sungguh pun bisa mengerjakannya," kata dia.

Pemberian bobot yang berbeda tersebut mirip dengan sistem penilaian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang mulai diberlakukan pada tahun ini, yakni berdasarkan tingkat kesulitan soal. "Mirip seperti itu. Namun itu soal teknis, ahli evakuasi dan pengukuran pendidikan yang lebih menguasai," katanya.

Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan pihaknya mulai tahun ini mulai memberlakukan soal yang membutuhkan daya nalar tinggi atau "high order thinking skills" atau HOTS. Mendikbud menargetkan secara substantif meningkatkan kualitas dari UN tersebut dengan memasukkan soal HOTS tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement