Kamis 12 Apr 2018 09:10 WIB

Menanti Leg Kedua Pertarungan Prabowo-Jokowi

Dejavu akan kembali terjadi di Pilpres 2019 jika Prabowo resmi maju sebagai capres.

Prabowo Subianto dan Jokowi.
Foto:
Prabowo Subianto dan Jokowi.

Kepastian Gerindra mengusung Prabowo dinilai berdampak positif bagi calon legislatif partai tersebut pada pileg 2019. Menurut pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing, elektabilitas partai peringkat ketiga pada Pemilu 2014 itu akan meningkat setelah mengumumkan mengusung mantan danjen Kopasus tersebut pada pilpres 2019.

"Prabowo telah memberikan kontribusi dalam pertumbuhan demokrasi. Selain itu, ini menguntungkan elektabilitas Gerindra di pileg," kata Emrus kepada Republika.co.id, Rabu (11/4).

Menurut direktur Emrus Corner itu, sampai saat ini ketokohan Prabowo masih menjadi variabel pertama bagi orang memilih Gerindra. Karena kenyataanya, belum ada tokoh sehebat dan sekuat Prabowo di Gerindra.

"Dalam pikiran masyarakat, Prabowo adalah Gerindra, Gerindra adalah Prabowo," ujar Emrus.

Menurut Emrus, kehadiran Prabowo sebagai capres juga akan meyakinkan pemilihnya pada pileg. Sebab, hal itu memperlihatkan Gerindra adalah partai yang konsisten dalam bersikap selama menjadi oposisi.

Emrus menilai andai Prabowo tidak maju di pilpres, dampaknya akan negatif bagi caleg dari Gerindra. Dia ,menambahkan dengan majunya Prabowo, langkah para caleg Gerindra untuk maju pada pemilihan umum legislatif akan lebih produktif.

photo
Predisen Jokowi

Meski kemungkinan besar Prabowo akan menantang Jokowi di Pilpres 2019, beberapa partai belum menentukan pilihan. Salah satunya Partai Amanat Nasional (PAN).

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan mengatakan, partainya belum memutuskan mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019. Meskipun, pada Rabu (11/4), dirinya dan petinggi PKS menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Partai Gerindra.

"Saat ditanya apakah PAN akan mendukung Prabowo, kami belum ambil keputusan," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, arah koalisi dan dukungan PAN dalam pilpres 2019 belum bisa ditentukan. Karena itu, kemungkinan awal Mei 2018 baru terlihat arahnya, yaitu setelah PAN melakukan rapat kerja nasional (rakernas).

Zulkifli mengatakan, PAN menggagas koalisi nasional, yaitu koalisi yang rasional, berkualitas, mempersatukan, dan menjalin kembali merah putih. Karena, PAN tidak ingin bangsa Indonesia terpecah-pecah.

"Pilpres dimaknai sebagai kontestasi untuk berbuat yang terbaik bagi Indonesia, bagi persatuan dengan harapan rakyat sejahtera, dapat pemimpin yang amanah, dan program kerja yang bagus," ujarnya.

Zulkifli yang juga Ketua MPR RI itu mengaku sudah bertemu dengan petinggi parpol lain, seperti Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar. Lalu, untuk pertemuan dengan Partai Gerindra, dirinya secara khusus datang dalam pembukaan Rakornas Gerindra 2018. Dia mengatakan, kedatangannya dalam Rakornas Gerindra itu karena etikanya ketika ada pihak mengundang hadir, dirinya wajib hadir dan akan membicarakan prospek Indonesia ke depan.

"Kalau PAN diundang maka kami akan datang dan bicara. Kalau PDI Perjuangan mengundang maka kita harus bicara. Lalu, kalau Golkar mengundang maka kita bicara dan apabila PKB mengundang dan kita bicara," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement