Rabu 11 Apr 2018 20:02 WIB

Arief Yahya: IMTI Panduan Pengembangan Wisata Halal

Pada 2017 ada 2,7 juta wisatawan Muslim yang masuk ke Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama CEO CrescentRating (kiri) Fazal Bahardeen dan Division President Indonesia, Malaysia, & Brunei Mastercard Safdar Khan (kanan) dalam peluncuran GMTI 2018 di Jakarta pada Rabu (11/4).
Foto: Republika/Fuji Pratiwi
Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama CEO CrescentRating (kiri) Fazal Bahardeen dan Division President Indonesia, Malaysia, & Brunei Mastercard Safdar Khan (kanan) dalam peluncuran GMTI 2018 di Jakarta pada Rabu (11/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata menyiapkan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) sebagai panduan pengembangan pariwisata halal nasional secara terintegrasi. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pada 2019, wisata halal Indonesia ingin jadi yang terbaik.

"September 2018 ini Indonesia akan meluncurkan IMTI sehingga ekosistem wisata halal terkondisi Indonesia untuk bisa menyesuaikan standar yang direkognisi global," kata Arief alam peluncuran GMTI 2018 di Jakarta, Rabu (11/4).

Dalam IMTI, indikator yang digunakan merupakan bauran apa yang dipunyai Global Muslim Travel Index (GMTI), Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang diterbitkan World Economic Forum (WEF) dan The Halal Travel Indicator (HTI) yang menjadi bagian dalam State of the Global Islamic Economy Report inisiasi Thomson Reuters bersama DinarStandard.

Kemenpar memerhatikan bagaimana Indonesia dinilai dalam laporan-laporan tersebut. Kemenpar mempelajari empar indikator dalam GMTI, juga Kemenpar 14 pilar TTCI. "Kalau mereka berubah, Indonesia ikut. Ini tidak sempurna, tapi kita ikuti karena ini direkognisi dunia," kata Arief.

Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Pariwisata Halal Riyanto Sofyan menjelaskan, pada 2016 pemerintah menggelar Kompetisi Pariwisata Halal Nasional (KPHN) dan itu jadi ajang menguatkan citra (branding) para pelaku industri wisata halal. "IMTI akan cover semua unsur, tidak hanya branding dimana semua provinsi akan diranking," katanya.

Daerah yang menunjukkan kesiapan, upaya lebih, dan kepala daerahnya menunjukkan komitmen, pemerintah akan diberi stimulus informasi, bimbingan teknis, bantuan sertifikasi dan penunjang lain. "Setelah Lombok dan Sumbar, berikutnya kita fokus ke Jakarta. Penghargaan World Halal Travel Awards menunjukkan adanya tambah layanan bagi wisatawan Muslim tidak menghapus pasar wisata umum," ujar Riyanto.

Selain 10 destinasi utama wisata halal yang pemerintah tetapkan, Sumsel, Sulsel, Papua Barat tempat Raja Ampat berada, dan Jatim yang sudah memiliki destinasi halal di Pulau Santen, Banyuwangi menunjukkan antusiasme. Yang menarik, banyak daerah yang mengembangkan wisata khas seperti Sumsel yang menonjolkan wisata olah raga, apalagi Sumsel juga menjadi salah satu tuan rumah Asia Games 2018.

Riyanto menyebut, pada 2017 ada 2,7 juta wisatawan Muslim yang masuk ke Indonesia atau naik secara tahunan sebesar 23 persen dibandingkan 2016. Pada 2018, Indonesia menargetkan 3,8 juta wisatawan.

Dalam GMTI 2018, ada empat kelompok indikator yang diturunkan dalam 12 poin yakni indikator akses yang terdiri tas syarat visa, konektivitas udara, dan infrastruktur transportasi, indikator komunikasi yang terdiri atas jangkauan, kemudahan komunikasi, preferensi digital, indikator lingkungan yaitu keamanan dan budaya, kedatangan wisatawan, dan kondisi cuaca, serta indikator layanan yaitu pemenuhan kebutuhan dasar, layanan inti, dan pengalaman unik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement