REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta secara resmi meluncurkan program Gandeng Gendong. Melibatkan lima elemen mulai dari kota, korporasi, kampus, kampung dan komunitas, program ini bertujuan mempercepat upaya-upaya pengentasan kemiskinan.
Kepala Bappeda Kota Yogyakarta, Edy Muhammad menerangkan program Gandeng Gendong melibatkan seluruh elemen pembangunan yang ada. Perwujudannya dilakukan melalui pengembangan semua pemangku kebijakan sesuai kewenangan masing-masing.
"Visinya bersama, bersatu, memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat, misinya tiga menanamkan nilai etika budaya gotong royong, mewujudkan gandeng gendong dan meningkatkan partisipasi stakeholder," kata Edy, Selasa (10/4).
Ia menjelaskan, program yang didasari Peraturan Wali Kota tentang Gandeng Gendong ini akan dilaksanakan dengan memperkenalkan kepada seluruh elemen masyarakat. Maka itu, program ini melibatkan lima unsur yang tergabung dalam 5K.
Edy menuturkan, 5K itu terdiri dari elemen kota, korporasi, kampus, kampung dan komunitas. Ia berharap, peluncuran program jadi titik awal peran 5K untuk masing-masing mengembangkan dan memberdayakan Kota Yogyakarta.
Senada, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menuturkan, DIY memang sering disoroti karena tingkat kemiskinan yang dibilang tinggi. Baik kesenjangan maupun ketimpangan, membuat gini ratio DIY terbilang tinggi.
"Kita harus punya sikap supaya bisa mengurangi gini ratio itu, angka kemiskinan Kota Yogyakarta sendiri 7,6 persen, provinsi (DIY) 10 koma sekian persen dan secara nasional 12 koma sekian persen," ujar Heroe di Grha Pandawa Balai Kota.
Walau tidak setinggi provinsi apalagi nasional, ia mengingatkan, tetap ada warga Kota Yogyakarta yang masih ada di garis kemiskinan. Padahal, Data Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) menerangkan jumlah besar dana untuk atasi itu.
Tahun lalu, lanjut Heroe, ada Rp 92 miliar lebih dana yang ditujukkan sebagai pengentasan kemiskinan. Bahkan, jumlah dana itu naik pada tahun ini yaitu Rp 110 miliar lebih.
Walau program seperti ini sudah ada bertahun-tahun dan dananya selalu besar, tapi pengentasan kemiskinan tidak bisa cepat dilakukan. Menurut Heroe, daerah selatan dan utara Kota Yogyakarta angka kemiskinannya paling tinggi.
"Dan yang paling mengagetkan kita, ternyata di banyak kampung dan kecamatan yang miskin itu ada di tempat-tempat destinasi wisata," kata Heroe.
Gandeng Gendong sendiri akan dilaksanakan melalui sejumlah program seperti Simsnack yang mengarahkan pembelian makanan OPD-OPD ke daerah masing-masing. Ada pula Sim Pemberdayaan yang akan menerapkan NIK kepada tempat-tempat usaha.
Selain itu, akan ada Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dan Satu Langkah Gemilang yang akan memetakan data dan menentukan sasaran pasti. Menurut Heroe, semua dilakukan karena selama ini pengentasan kemiskinan lemah di data pasti target orang miskin.
"Kami OPD-OPD sepakat membeli harus di lingkungan masing-masing, jika setahun dana makanan Rp 38 miliar, per kelurahan bisa mendapat Rp 70 juta setahun, dan kalau digunakan benar-benar setiap tahun minimal bisa mengurangi 35 warga miskin," ujar Heroe.