REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir setahun berlalu, kasus penyerangan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan belum terungkap. Kepolisian Republik Indonesia berkali-kali menyatakan masih berupaya sungguh-sungguh mengungkap penyerangan air keras pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, hingga saat ini, belum tampak adanya perkembangan signifikan, misalnya terkait nama tersangka.
"Begini, kasus yang kami tangani itu sering ada yang terungkapnya cepat, sering," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (9/4).
Polri kembali mencontohkan kasus-kasus lain, baik yang cepat terungkap maupun yang belum terungkap. Kali ini, Iqbal mengungkit kasus perampokan dan pembunuhan krluarga di Pulomas sebagai contoh kasus yang cepat diungkap. "Pembunuhan keluarga, heboh itu, sekeluarga disekap dan meninggal tapi Alhamdulillah penyidik bergerak cepat," ucap Iqbal.
Untuk yang belum terungkap, Iqbal mengambil contoh kasus meninggalnya mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna. Jasadnya ditemukan di danau kampus UI, Depok.
Memang, sudah tiga tahun kasus tersebut belum juga terungkap. Polisi juga mengaku sudah berupaya maksimal untuk mengungkap kasus tersebut. "Bahkan kami menyelam untuk itu, sampai sekarang belum terungkap," kata Iqbal.
Tidak berhenti di situ, Iqbal juga sampai mencontohkan kasus internasional, hilangnya pesawat Malaysia Airlines hingga pengeboman molotov Kedutaan Besar Indonesia di Paris. Sampai saat ini kasus itu memang belum terungkap.
Namun, terlepas dari semua contoh yang dikemukakan Iqbal, kasus Novel mau tidak mau menjadi sorotan publik. Pasalanya, Novel merupakan penyidik KPK yang tengah menangani kasus megakorupsi KTP Elektronik (KTP-el).
Iqbal mengklaim, kasus yang ditangani Polda Metro Jaya ini sudah mengalami perkembangan pesat, lagi-lagi tanpa mengungkapkan perkembangan apa yang didapat dengan alasan rahasia penyidik.
"Artinya setiap kasus mempunyai kriteria kesulitan masing-masing. Nah, tetapi yang perlu dicatat adalah teman-teman Metro Jaya itu sudah bergerak sangat maju ke depan. Progress-nya luar biasa," kata dia membeberkan.
Bahkan, Iqbal menambahkan, beberapa bulan yang lalu Polri juga sudah dibantu tim penyidik KPK untuk memberikan informasi terkait. "Jadi ada beberapa penyidik handal dari KPK yang sudah ditugaskan untuk membantu kasus ini," ujarnya lagi.
Iqbal pun menyatakan, Polri tidak main-main dan bekerja keras untuk mengungkap kasus ini. Polri pun, kata dia, ingin kasus ini terungkap cepat. Namun kembali lagi, Iqbal meminta kasus ini tidak disamaratakan dengan kasus lain. Setiap kasus menurutnya punya kriteria dan tingkat kesulitan masing-masing.
"Yang jelas, hari demi hari tim yang dibentuk itu sudah bekerja. Doakan saja cepat terungkap dan kami bekerja keras," ucap Iqbal.
Kasus Novel berada dalam penanganan Polda Metro Jaya. Hingga kini bukti-bukti yang diperoleh polisi masih belum bisa menunjukkan titik terang pelaku penyiraman Novel.
Meskipun, sketsa wajah terduga pelaku telah dibuat. Polri bahkan sempat meminta bantuan kepolisian Australia, namun hasilnya juga belum menunjukkan adanya satu tersangka pun.
Novel Baswedan mengalami penyerangan berupa penyiraman air keras berjenis Asam Sulfat atau H2SO4 pada Selasa 11 April 2017. Ia diserang usai menunaikan salat Subuh di Masjid dekat kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Novel pun menjalalani perawatan intensif di Singapura untuk menyembuhkan luka di matanya imbas penyerangan itu. Hingga akhirnya, Novel pulang pada Kamis 21 Februari 2018 lalu.
Infografis kasus Novel Baswedan.