Senin 09 Apr 2018 05:20 WIB

PKB tak akan Dukung Cawapres Lain Kecuali Muhaimin

Menurutnya ketua umum partai sudah jelas memiliki kendaraan politik

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Bilal Ramadhan
Sekretaris F-PKB Cucun Ahmad Syamsurijal
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sekretaris F-PKB Cucun Ahmad Syamsurijal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cucun Ahmad Syamsurijal, mengatakan bahwa PKB akan memperjuangkan semaksimal mungkin ketua umum partai mereka untuk berpasangan dengan Joko Widodo pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Karena itu, ia mengatakan PKB tidak akan mendukung atau pun mengusung calon yang bukan berasal dari internal partainya.

Tidak hanya PKB, Cucun mengatakan bahwa partai-partai yang memiliki ketua umum tidak mungkin mendukung sosok atau calon yang bukan merupakan ketua umum partainya sendiri. Hal ini diungkapkan Cucun menanggapi kemungkinan jika Jokowi berpasangan dengan Mahfud MD, yang sebelumnya didorong oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk ikut masuk dalam bursa calon wakil presiden (cawapres) Jokowi.

"PKB memiliki ketua umum partai sediri, untuk apa dukung yang lain. Semua kader sudah kuat agar Cak Imin (Muhaimin Iskandar) jadi cawapres Jokowi," kata Cucun, saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (8/4).

Anggota DPR RI Komisi IV ini mengatakan, PKB merupakan partai politik yang memiliki basis ideologi dan struktur yang organik seperti Nahdlatul Ulama. Menurutnya, NU yang memiliki kekuatan hingga tingkat anak ranting memiliki modal perhitungan kemenangan.

Bahkan, Cucun berspekulasi jika beberapa capres yang tidak melibatkan NU tidak memiliki kekuatan suara dalam pemilu. Karena itulah, ia mengatakan jika basis NU tidak bisa dianggap enteng.

Anggota DPR dari Dapil Jawa Barat ini lantas mempertanyakan soal kekuatan Mahfud MD jika hendak dipasangkan dengan Jokowi. Ia mempertanyakan dukungan partai politik terhadap Mahfud MD.

Ia mengatakan, untuk maju sebagai capres atau pun cawapres harus mendapatkan dukungan 20 persen dari partai politik hasil pemilu 2014. Karena itu, ia menekankan jika Mahfud MD atau sosok manapun tidak usah berharap ia bisa maju sebagai calon di pertarungan Pilpres 2019, jika tidak mendapatkan dukungan parpol.

"Terlepas dari ia seorang tokoh nasional. Jangankan Mahfud MD, sosok sekelas Gatot Nurmantyo pun saat ini masih kebingungan mencari kendaraan politik. Kalau berbicara Pak Mahfud MD atau Pak Gatot, cari kendaraan dulu-lah," lanjutnya.

Menurutnya, elektabilitas seorang calon didukung pula oleh sisi elektoralnya. Karenanya, calon tersebut akan diperhitungkan dari sisi modal elektoral dari struktur yang organik. Kalau pun calon independen itu memiliki electoral person yang cukup baik, tapi ia tidak memiliki mesin yang menggerakkannya.

Sementara ketua partai, menurutnya, sudah jelas memiliki partai politik, meskipun mereka hanya memiliki persentase sedikit dari hasil pemilu 2014. Dalam hal ini, ia mengatakan jika PDIP tidak bisa menentukan sendiri cawapres yang akan berpasangan dengan Jokowi.

Hal itu karena calon ditentukan oleh partai koalisi. Ia mengatakan, setiap parpol akan memperjuangkan calon di internal partai mereka yang diusung menjadi cawapres Jokowi.

"Kita berandai-andai boleh, tapi apakah Megawati memiliki chemistry tidak dengan pak Mahfud MD? Apakah Jokowi juga akan mendapatkan tim sukses dari parpol yang sudah mendeklarasikan?" ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement