REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon membantah tudingan berbagai pihak bahwa Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto meniru strategi kampanye Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di pemilu Amerika Serikat 2016 lalu.
"Saya kira itu pandangan yang keliru, Pak Prabowo tidak menabur ketakutan, yang dikatakan Pak Prabowo itu berdasarkan kenyataan apa adanya berdasarkan basis data, basis fakta," kata Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (5/4).
Wakil Ketua DPR itu pun kemudian membandingkan antara strategi yang dipakai oleh Trump dengan Prabowo. Menurutnya, Trump lebih sering mengangkat persoalan imigrasi, menyinggung SARA, bahkan cenderung menghina kelompok tertentu.
"Saya rasa di sini tidak ada semuanya, bahkan lebih banyak yang dikritik Pak Prabowo adalah ekonomi, ketimpangan, kemiskinan, penguasaan aset, gini rasio, dan sebagainya," ujarnya.
Menurut Fadli, pembangunan opini tersebut dinilai karena adanya kekhawatiran meningkatnya perolehan suara Prabowo di Pilpres 2019 mendatang. Apalagi selama 3,5 tahun belakangan ini Prabowo jarang mengkritik pemerintah.
"Pak Prabowo baru turun saja langsung mendapatkan tanggapan yang luar biasa, selama 3,5 tahun kan Pak Prabowo relatif tidak banyak bicara karena mempersilakan dan memberikan waktu kepada pemerintah untuk bekerja sebaik-baiknya, tetapi kan sudah 3,5 tahun ya cukup lama ya," ujarnya.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengatakan bahwa Prabowo tengah memakai strategi Trump, yaitu mempertentangkan antara kalangan bawah dengan kalangan atas. Selain itu, Trump juga kerap menebar pesimisme dalam setiap kampanyenya.