Kamis 05 Apr 2018 21:30 WIB

Dana Desa akan Diberdayakan Atasi Masalah Stunting

Menjes mengakui perbaikan gizi untuk mengatasi masalah stunting belum maksimal.

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Kesehatan Nila Farida Moeloek mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/12).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Kesehatan Nila Farida Moeloek mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengakui, perbaikan gizi yang selama ini dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah stunting (gagal tumbuh) belum berjalan maksimal. Pemberian makanan yang bergizi belum bisa menekan drastis angka stunting karena lingkungan di sekitar masyarakat pun menjadi persoalan yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

Untuk menyelesaikan persoalan ini pemerintah mencoba pendekatan dengan memaksimalkan dana desa yang sekarang sistemnya menggunakan Padat Karya Tunai. Dana yang digunakan bisa untuk memperbaiki lingkungan sekitar sehingga kawasan bisa lebih sehat bagi balita yang nantinya mampu memberikan dampak baik bagi kesehatan.

"Dengan dana desa, khususnya program padat karya tunai, kementerian lintas sektor kan ikut di sana. Oleh karena itu tahun ini 100 desa akan dicoba. Titik poinnya adalah Posyandu, kita akan revitalisasi Posyandu," kata Nila di Istana Negara, Kamis (5/4).

Nila menjelaskan, intervensi pemerintah dalam meminimalisir staunting memang tidak bisa hanya dari makanan. Intervensi itu harus lebih spesifik misalnya dengan memberikan makanan yang kaya zat besi, kemudian akses air bersih, sanitasi, tranportasi dan sebagainya. Dengan demikian program ini harus dikerjakan oleh lintas sektoral seperti Kementerian Desa.

Nila menuturkan berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2013 jumlah anak penderita stunting sebesar 37,2 persen. Artinya, dari 10 anak Indonesia, dua diantaranya menderita gagal tumbuh. Penyebabnya adalah kekurangan nutrisi secara kronis. Sejak bayi berada dalam kandungan, sang ibu tidak memberikan asupan bergizi. Itu menyebabkan sang ibu kekurangan gizi, demikian juga sang bayi.

Biasanya seorang anak yang lahir dalam kondisi stunting juga akan berlanjut dalam masa tumbuh kembangnya. Karena kekurangan informasi mengenai stunting, ibu tidak memberikan asi eksklusif, tidak memberikan makanan pendamping dan sebagainya.

Untuk penyembuhan, lanjut Nila, memang tidak mudah. Jika bayi ketika di dalam perut sudah kurang gizi maka berat lahir bakal rendah. Ada kesempatan untuk mengejar sekitar dua tahun. "Tapi memang agak sukar. Biasanya hanya 15 persen naiknya dan IQ-nya tidak bisa melebihi jenius," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement