Kamis 05 Apr 2018 17:53 WIB

Zainut: 'Ketum MUI tak Paham Politik' Pernyataan Menggelikan

Zainut mengatakan KH Ma'ruf Amin sudah memiliki segudang pengalaman di bidang politik

Rep: Farah Noersativah/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum MUI, KH Ma'aruf Amin
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Ketua Umum MUI, KH Ma'aruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid menanggapi pernyataan politisi yang juga Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon yang menyatakan Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin tidak mengerti politik. Ia menyebut pernyataan itu merupakan sesuatu yang menggelikan.

“Menanggapi pernyataan salah seorang petinggi partai politik yang menuding Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin tidak mengerti politik, pernyataan tersebut sangat menggelikan,” ungkap Zainut Tauhid dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (5/4).

Menurut Zainut, pada faktanya sebelum ia lahir, Ma'ruf Amin yang juga seorang kyai itu sudah memiliki segudang pengalaman di dunia politik. Ma’ruf, kata dia, telah memiliki banyak pengalaman baik sebagai anggota dewan maupun sebagai pimpinan partai politik tingkat nasional.

“Hanya bedanya kalau Pak Kyai Ma'ruf Amin menjadi politisi itu sudah selesai dengan urusan basic needs (kebutuhan dasar) sehingga beliau memiliki kematangan, kesantunan dan kedewasaan dalam berpolitik,” kata Zainut.

Sementara itu, ia menilai Fadli Zon masih hanya mengandalkan insting dasarnya, dalam berpolitik. “Politisi itu (Fadli Zon) dalam berpolitik masih mengandalkan basic instincts-nya sehingga naluri politiknya terkesan liar, norak dan partisan,” tuturnya.

Ia berpendapat, seharusnya seorang politikus harus lebih menjaga etika, marwah, kehormatan, dan berperilaku sebagai negarawan. Ia menilai, politisi yang memberikan komentar tersebut kepada Ma’ruf Amin memberikan kesan menampilkan diri sebagai politisi jalanan dan mabuk kekuasaan.

Zainut juga mengiyakan keadaan Indonesia saat ini bukan hanya defisit neraca anggaran, tapi juga defisit negarawan. Sementara, saat ini, menurutnya bangsa Indonesia membutuhkan bukan sekadar pemimpin yang bermental politisi, namun pemimpin yang bermental negarawan.

“Keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia itu karena dipimpin oleh pemimpin terbaik dan cemerlang. Mereka berjuang bukan untuk kepentingan jangka pendek, bukan untuk kepentingan diri sendiri, partai, kelompok dan golonganya tetapi untuk kejayaan Indonesia raya,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement