Kamis 05 Apr 2018 14:38 WIB

Karangasem Berharap Kecipratan Rezeki IMF-WB

Karangasem masih dalam masa pemulihan ekonomi sejak terdampak erupsi Gunung Agung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Abu Menutup Desa. Abu vulkanis menutup perumahan di Desa Sibetan, Karangasem, Bali, Rabu (29/11).
Foto: Republika/ Wihdan
Abu Menutup Desa. Abu vulkanis menutup perumahan di Desa Sibetan, Karangasem, Bali, Rabu (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  DENPASAR -- Pemerintah Kabupaten Karangasem daerahnya tetap menerima manfaat dari penyelenggaraan perhelatan pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Bali Oktober mendatang. Karangasem saat ini masih dalam masa pemulihan ekonomi sejak September 2017 terdampak erupsi Gunung Agung.

"Saya gembira acara ini tetap berjalan di Bali. Saya berharap hotel-hotel di Karangasem juga kebagian, seperti paket wisata kunjungan ke Pura Besakih," kata Wakil Bupati Kabupaten Karangasem, I Wayan Arta Dipa dijumpai Republika di Grand Inna Bali, Denpasar, Kamis (5/4).

Arta Dipa mengatakan pertumbuhan ekonomi Karangasem September-Desember 2017 sedikit menurun dari 5,7 ke 5,2 persen. Saat ini pertumbuhan ekonomi kabupaten berjuluk Bumi Lahar itu berangsur pulih ke level 5,6 persen di triwulan pertama 2018.

 

"Kami tengah memulihkan infrastruktur, kesehatan, dan pangan masyarakat," kata Arta Dipa.

Beberapa desa masih didapati jalan putus yang membuat masyarakat tak berani dan kurang leluasa beraktivitas seperti biasa. Arta Dipa mencontohkan beberapa jalan di Selat, Rendang, Kubu, dan Bebandem masih terputus dan tengah diperbaiki menggunakan dana APBD. Total APBD Karangasem tahun ini sekitar Rp 1,5 triliun.

 

Ketua Asosiasi Hotel Bali (BHA), Ricky Putra mengatakan panitia telah merancang kunjungan ke Pura Besakih setelah pelaksanaan acara IMF-WB di Nusa Dua. Ini diharapkan bisa membagi kue ekonomi ke Bali Timur.

"Kunjungan ke Besakih itu pasti ada setelah event," katanya.

 

Ricky mengatakan perhelatan IMF-WB 2018 lebih besar dari APEC 2013. Jumlah partisipannya lebih banyak, jumlah kepala negara yang hadir lebih ramai, dan tim koordinasi pertemuannya lebih lama. Perputaran uang di Bali dari kegiatan ini diperkirakan Rp 5,6-5,7 triliun dan 50-60 persen atau Rp 2-2,5 triliun di antaranya untuk akomodasi hotel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement