Selasa 03 Apr 2018 19:17 WIB

Respons Atas Puisi Sukmawati: Jaga dan Hargai Keberagaman

Ada saja pihak yang menggunakan isu SARA sebagai senjata untuk meraih tujuan.

Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo
Foto: Kowani
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Puisi Sukmawati yang menyinggung azan dan cadar terus menuai reaksi. Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo ikut menyoroti puisi kontroversi itu.

Di bumi pertiwi ini, ujar Giwo Rubianto, semua pihak harus dapat menjaga dan menghargai keberagaman, termasuk dari hal yang menyinggung keyakinan beragama. Bicara perempuan tidak hanya soal sanggul, tapi juga cantik batin menyangkut hati, kecerdasan, wawasan atau akhlak.

"Kewajiban perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa yang berarti berusaha membina pertumbuhan generasi penerus yang lebih sadar akan kebangsaannya," ujar dia di Jakarta, Selasa (3/4).

Sudah menjadi aturan di KUHP, Giwo Rubianto menyatakan, masyarakat dilarang untuk bicara yang menyinggung SARA. Larangan ini perlu dipatuhi demi keutuhan bangsa Indonesia. "Kita prihatin karena Isu SARA sepertinya tak pernah mati," kata dia.

Menurut Giwo Rubianto, ada saja pihak yang menggunakan isu SARA sebagai senjata untuk meraih tujuan. Entah itu tujuan politik atau ekonomi. Bak komoditas yang laris manis, isu SARA selalu saja diproduksi dan direproduksi meski rambu regulasi sudah banyak diterbitkan di Indonesia.

Giwo Rubianto menyatakan wanita Indonesia wajib menjadi ibu bangsa. Bukan semata urusan konde, tetapi tugas sebagai Ibu Bangsa adalah sangat berat dan vital. Sangat mulia karena harus mempersiapkan sebuah generasi yang sehat jasmani dan rohani.

"Ibu Bangsa memegang teguh persatuan dan kesatuan oleh karenanya maka etika kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sangat penting," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement