REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Okupansi atau tingkat hunian hotel kelas bintang di pusat Kota Yogyakarta pada libur panjang akhir pekan bertepatan perayaan Paskah mencapai 100 persen.
"Untuk di ring satu (kawasan Malioboro) sudah penuh bahkan tinggal 'suite room' untuk yang bintang lima," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Istijab M Danunagoro di Yogyakarta, Ahad (1/4).
Kamar kelas eksekutif atau suite room yang khusus tersedia pada hotel bintang empat dan lima rata-rata memiliki tarif sewa mulai Rp 4 juta per malam. Wisatawan yang masih ingin bermalam di ring satu Yogyakarta selama libur Paskah, menurut dia, akan diarahkan untuk memesan kamar hotel nonbintang.
Meskipun juga mengalami lonjakan okupansi, hingga saat ini, menurut dia, kamar hotel nonbintang masih tersisa 49-59 persen. Menurut Istijab, selain di zona ring satu yang berada di kawasan Malioboro, tingginya okupansi juga terjadi di zona ring dua yang ada di kawasan Tugu Yogyakarta yang mencapai 70 persen dan zona ring tiga di kawasan Jalan Kaliurang yang mencapai 50 persen. "Karena saat ini masih dalam masa 'low season' atau musim sepi kunjungan, diperkirakan okupansi hotel baik bintang maupun nonbintang (melati) rata-rata akan mengalami penurunan kembali menjadi 40-50 persen pada Senin (2/4)," kata dia.
Jika dibandingkan tren kenaikan okupansi rata-rata hotel di DIY pada tahun-tahun lalu, okupansi rata-rata hotel pada libur Paskah saat ini masih lebih rendah. Hal itu, menurut dia, disebabkan jumlah hotel yang sudah cukup banyak di DIY. Dengan jumlah hotel yang banyak, masing-masing hotel harus berbagi "kue pengunjung" sehingga okupansi tidak terlalu tinggi.
Saat ini terdapat 166 hotel berbintang dan 1.030 hotel nonbintang. Sekitar 60 persen hotel berada di Kota Yogyakarta dan sisanya berada di kabupaten lain di DIY.
"Program 'Meeting, Incentive, Converence, and Exhibition' atau MICE masih menjadi andalan kami untuk menjaga stabilitas tingkat kunjungan," katanya.