REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak terasa Bulan Ramadhan sudah di depan mata. Namun yang selalu menjadi sorotan saat memasuki jelang bulan Ramadhan adalah harga kebutuhan pokok yang selalu naik.
Kenaikan ini relatif tidak bisa dikendalikan pemerintah. Meski Lebaran selalu datang setiap tahun, harga bahan pokok selalu melonjak. Pemerintah diminta menata logistik bahan kebutuhan pokok agar harga tidak menjadi liar seperti saat ini.
Salah satu kebutuhan pokok yang selalu naik setiap memasuki bulan Ramadhan adalah gula. Tahun lalu, kenaikan harga gula menjadi sorotan.
Kondisi ini harus jadi perhatian pemerintah, seperti bersama lembaga terkait selalu menjaga ketersediaan gula/stok yang cukup. Karena stok yang cukup, akan membuat pedagang tidak bisa mempermainkan harga.
Menanggapi hal ini, Asosiasi Pengusaha Gula dan terigu Indonesia (APEGTI) mengaku sudah mempersiapkan hal tersebut. "Bulan Ramadan dan Lebaran kebutuhannya tidak sama dengan bulan-bulan lain. Masyarakat bikin kue atau buat minuman yang manis akan pakai gula. Tapi, kalau soal stok Pemerintah dan Apegti sudah siap mengamankan," ujar Ketua Umum Apegti Sy Usman Almuthahar di Restoran Bumbu Desa, kemarin.
Sayangnya, soal harga yang ditetapkan Pemerintah yakni Rp 12.500/ kilogram, Usman tidak bisa menjamin hal itu. Sebab, banyak ‘pemain’ gula yang membuat harga gula menjadi mahal.
"Kalau anggota kita sepakat harga sesuai yang ditetapkan Pemerintah. Tapi sekarang saja di supermarket masih banyak yang menjual diatas Rp 12.500/kilogram. Itu pengusaha yang nakal," katanya lagi.
Namun ia yakin Pemerintah sudah paham dengan 'permainan' segilintir pengusaha gula namun punya kemampuan memainkan harga. "Pemerintah pasti sudah menyiapkan berbagai cara untuk mengatasi hal ini. Dari pembentukan Satgas dan operasi pasar," katanya.
Usman mengatakan, APEGTI selalu berkomitmen membantu pemerintah dalam mengawasi dan menjaga stabilitas harga gula.
“Salah satu program utama APEGTI adalah membantu pemerintah dalam hal mengawasi dan menjaga stabilitas harga gula. Untuk itu kita bertekad mengawasi dan menjaga stabilitas harga gula nasional,” kata dia.
Ditegaskan Usman, ketersediaan gula masih tergolong cukup untuk stok di Indonesia. Pemerintah, kata dia, telah menjaga ketersedian gula karena gula menjadi ketahanan pangan nasional.
"Masih cukup, tidak ada sejarahnya tidak cukup. Hanya saja ada yang 'main' dari spekulan seakan-akan barang tidak ada," jelasnya.