Rabu 28 Mar 2018 18:27 WIB

TGB Ceritakan Tingginya Toleransi Antarumat Beragama di NTB

NTB menjadi daerah dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi menjadi narasumber dalam acara diskusi Forum belajar bersama bertemakan Toleransi Beragama/ Berkeyakinan di Indonesia : Fakta dan Prospeknya di Kampoeng Percik (The Institute For Social Research, Democracy and Social Justice) di Salatiga, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/3).
Foto: Humas Pemprov NTB
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi menjadi narasumber dalam acara diskusi Forum belajar bersama bertemakan Toleransi Beragama/ Berkeyakinan di Indonesia : Fakta dan Prospeknya di Kampoeng Percik (The Institute For Social Research, Democracy and Social Justice) di Salatiga, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA -- Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan, NTB memang menjadi daerah dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Kendati kental nuansa keislamannya, kedewasaan masyarakat NTB akan toleransi antarumat beragama sudah terjaga dengan baik.

Membangun toleransi, Gubernur NTB itu mengatakan, bisa dilakukan dengan berbagai cara konkret. Salah satu yang dilakukan, yakni fokus NTB dalam pengembangan sektor pariwisata yang mengundang banyak wisatawan datang dan berinteraksi dengan masyarakat lokal.

"Dalam sepuluh tahun terakhir fokuskan pariwisata, kita jadikan sektor prioritas karena daya ungkit luar biasa dan membangun obligasi sosial dalam menjaga kualitas lingkungan yang baik," ujar TGB dalamForum Belajar Bersama bertajuk "Toleransi Beragama di Indonesia: Fakta dan Prospeknya" di Kampoeng Percik, Salatiga, Jawa Tebgah, Rabu (28/3).

TGB mengungkapkan, kunjungan wisatawan ke NTB pada 2008 hanya 540 ribu wisatawan. Dia mengatakan angka melonjak drastis pada 2017 yang mencapai sedikitnya 3,5 juta wisatawan. 

photo
Perwakilan berbagai elemen masyarakat dan tokoh lintas agama Kota Salatiga mengikuti diskusi Forum belajar bersama bertemakan "Toleransi Beragama/ Berkeyakinan di Indonesia : Fakta dan Prospeknya" di Kampoeng Percik (The Institute For Social Research, Democracy and Social Justice) di Salatiga, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/3). (Humas Pemprov NTB)

Menurut TGB, pengembangan pariwisata menjadi eksperimen melihat sejauh mana masyarakat NTB melihat perbedaan dan berinteraksi dengan masyarakat luar, yang berbeda suku, budaya, dan agama. Pada kenyataannya, TGB mengatakan, tidak pernah ada kasus kejahatan kepada wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara karena alasan perbedaan keyakinan.

"Tidak ada satu kasus pun yang menimpa tamu karena perbedaan keyakinan, padahal mayoritas yang datang bukan Muslim,” ucap TGB.

TGB tak memungkiri jika terkadang masih ada satu-dua kasus kejahatan konvensional yang menimpa turis, seperti penjambretan. Namun, hal tersebut bukan berlandaskan perbedaan keyakinan.

"Dari sini, saya bisa ambil kesimpulan kedewasaan warga NTB dalam menerima perbedaan sudah tinggi dan matang," kata TGB.

photo
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi di Kampoeng Percik (The Institute For Social Research, Democracy and Social Justice) di Salatiga, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/3). (Humas Pemprov NTB)

TGB juga menceritakan soal menjamurnya wisata desa di NTB, di mana banyak turis datang, tinggal, dan menjalani aktivitas masyarakat lokal, hingga tak jarang ikut memandikan kerbau. "Ya warga senang, sudah kerbaunya dimandikan, dibayar juga, ini eksperimen perjumpaan di ranah yang riil," ungkap TGB.

Bukti toleransi nyata, TGB menerangkan, juga ditunjukan umat non-Muslim lain yang ikut berkontribusi dalam penyelenggaraan MTQ nasional di Lombok pada tahun lalu. "Kami sempat menjadi tuan rumah beberapa event, MTQ nasional misalnya, antusasime dan semangat berkontribusi lahir dari semua elemen masyarakat di NTB, ada seribu lampion lebih dari saudara kita Tionghoa, Pecalang juga ikut membantu, dan ada seorang pastur kirim surat menanyakan apa yang bisa ia bantu," ucap TGB.

Kepala Kampoeng Percik Salatiga Pradjarta Dirjosanjoto menyampaikan terima kasih atas kedatangan TGB yang telah menyempatkan diri ke Kampoeng Percik di tengah kesibukannya sebagai Gubernur NTB. "Ini undangan terbuka kalau ke Salatiga silakan mampir, kami tidak punya gerbang, jadi siapa saja bisa ke sini," kata Pradjarta.

Pradjarta menyebutkan, aktivitas Kampoeng Percik jauh dari hingar bingar politik dan lebih menekankan pada pentingnya kesamaan sikap mengenai toleransi dan kebinekaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement