Rabu 28 Mar 2018 05:23 WIB

HMI Makassar Tolak Kenaikan BBM Non Subsidi

Kenaikan harga BBM itu akan menurunkan daya beli masyarakat.

Harga BBM Bisa Naik Lagi
Foto: Mardiyah
Harga BBM Bisa Naik Lagi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. HMI menilai, kenaikan harga BBM itu akan memicu inflasi dan harga bahan pokok di masyarakat ikut naik.

"Kami menilai kenaikan harga BBM itu akan menurunkan daya beli masyarakat karena dipastikan harga bahan pokok ikut naik. Pertamina juga dinilai tidak transparan menaikkan BBM subsidi dua kali dalam satu tahun," papar aktivis HMI Cabang Makassar Furqan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (27/3).

Seharusnya, kata dia, pemerintah bersama pihak terkait dalam hal ini Pertamina, menyampaikan ke publik secara terbuka dengan alasan rasional sehingga masyarakat tahu ada kenaikan. "Dinaikkan lantas tidak dipublis secara terbuka, Pertamina terkesan diam-diam tanpa disadari publik ada kenaikan. Tentu ini akal-akalan saja dan jelas ada dugaan memanfaatkan kesempatan," tegasnya.

Furqan mengatakan, kenaikan BBM non Subsidi telah menafikan sila kelima Pancasila yakni dimana disebutkan butirnya Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tetapi, faktanya apakah adil bila semua masyarakat dibebani.

"Saat ini BBM Subsidi sudah jarang dijual di SPBU, faktanya rata-rata SPBU sudah menjual BBM non subsidi. Mau tidak mau masyakat pasti membeli itu, ini akal-akalan yang sengaja mendorong masyarakat pakai BBM non subsidi, sementara BBM subsidi terus dikurangi, ada apa?," ucap dia.

Sebelumnya, puluhan aktivis HMI Cabang Makassar menggelar aksi di depan sekertariatnya jalan Botolempangan, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa petang. Dalam aksi tersebut mahasiswa memblokir sebagian jalan. Bahkan dalam aksi itu mereka terlibat ketegangan dengan aparat kepolisian baik yang berpakaian preman maupun berpakaian lengkap.

Alasannya, polisi melarang mahasiswa membakar ban bekas, sementara mereka ngotot mau membakar ban di jalanan. Sontak gerakan inipun dihalangi petugas yang sudah berjaga-jaga guna mengamankan jalannya aksi.

Tarik menarik ban bekas pun tidak terhindarkan antara kedua pihak, mereka saling mempertahankan. Bahkan salah satu mahasiswa diduga terkena pukulan dari oknum polisi dalam inseden itu ketika mempertahankan ban bekas tersebut. Hal inipun memicu kemarahan mahasiswa hingga terjadi adu mulut.

"Jangan melakukan intervensi terhadap kami pak polisi. Aksi ini untuk menyampaikan aspirasi yang dilindungi Undang-undang dan publik sudah terlena dan tidak semua tahu BBM sudah naik tanpa pemberitahuan," ucap mahasiswa saat inseden itu.

Beruntung ketegangan mulai mencair setelah polisi memilih kooperatif. Hujan cukup deras pun mendukung aksi tersbut akhirnya berhenti, hanya saja masih ada palang ditempelkan spanduk bertuliskan Tolak Kenaikan BBM terpasang di badan jalan Botolempangan.

Berdasarkan harga BBM non subsidi Pertamax dengan oktan 92 dilansir dilaman pertamina diketahui mengalami kenaikan Rp 300 atau Rp 8.900 per liter dibandingkan harga sebelumnya. Sedangkan harga Pertalite dengan oktan 90 juga naik Rp 200 dari Rp 7.600 naik menjadi Rp 7.800.

Sedangkan harga BBM non Subsdi di berbagai daerah juga beragam, untuk Pertamax Rp8.900-Rp9.000 per , Pertamax Turbo Rp 10.200-Rp 10.300 dan Pertalite antara Rp 7.800-Rp 8.000 per liter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement