REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunikasi simbol yang sedang dimainkan Joko Widodo dengan mengenakan baju kaos kuning saat berjalan pagi di Istana Bogor bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyiratkan pesan kuat bagi kader Golkar. Pesan kuat tersebut tidak hanya terkait calon wakil presiden (cawapres), melainkan posisi Golkar sebagai partner politik yang penting.
"Kami berterima kasih telah memposisikan Golkar dalam partner politik. Jadi bagi saya simbol Pak Jokowi itu sangat penting," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar Ali Mochtar Ngabalin kepada wartawan, Ahad (25/3).
Dia mengatakan penggunaan kaos kuning ini memang dapat dimaknai dengan cara masing-masing. Apalagi pada tahun politik, dia mengatakan, publik akan menangkap simbol tersebut.
Namun, dia mengatakan, Partai Golkar sangat terkesan dengan komunikasi simbol yang dimainkan Jokowi. Sebagai kepala negara, Ngabalin mengatakan, Jokowi juga tampak ngewongke atau memanusiakan orang lain. Dia menerangkan, selain ketua umum Golkar, posisi Airlangga sebagai pembantu Jokowi di Kabinet Kerja.
Jokowi saat bertemu Airlangga Hartarto. (Biro Pers Istana)
Airlangga merupakan menteri perindustrian di Kabinet Kerja Jokowi-JK. Namun, Jokowi memperlakukan Airlangga Seperti tidak ada jarak antara pemimpin dan pembantunya.
Dia menambahkan, Jokowi tidak memainkan simbol pada pertemuan-pertemuan dengan ketua umum patai lain. Dia mengatakan hanya dangan Airlangga, Jokowi menunjukkan simbol yang kuat.
"Hampir tidak pernah terjadi presiden mempelakukan pembantunya sekaligus ketua partai koalisinya seperti itu. Jadi bagi saya itu amat sangat penting," kata Ngabalin.
Namun, ia menegaskan Golkar tidak pada posisi ingin memaksa Jokowi harus menentukan cawapres dari internal Golkar. Golkar menghargai sikap dan pilihan Jokowi dalam memilih siapa calon wakil presiden yang layak.
Akan tetapi, jika diminta Jokowi, ia menegaskan, Golkar yakin memiliki kader-kader terbaik yang layak bersanding dengan Jokowi.