REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Masyarakat di Kota Padang, Sumatra Barat mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Meski Pertalite merupakan BBM nonsubsidi, namun kenaikannya juga dirasakan masyarakat ekonomi menengah yang juga mengonsumsinya.
Huda Putra (28 tahun), mengingatkan pemerintah dan PT Pertamina selaku badan usaha yang berwenang mengatur harga BBM agar memperhatikan situasi ekonomi masyarakat dalam menerapkan kenaikan harga BBM. Apalagi, lanjut Huda, kenaikan harga BBM kali ini tanpa ada sosialisasi yang jelas.
"Ini masih awal tahun loh. Februari lalu yang naik Pertamax. Sekarang Pertalite. Naiknya 200 perak per liter tapi lumayanlah buat masyarakat," jelas Huda, Ahad (25/3).
Huda juga memandang harga minyak dunia tidak sedang berfluktuasi hebat atau melonjak tajam. Menurutnya, kurang bijak bila Pertamina menaikkan harga jual BBM-nya saat ini.
Menurut data Pertamina, harga jual BBM jenis Pertalite di Sumatra Barat saat ini sebesar Rp 7.800 per liter. Angka ini naik Rp 200 per liter dari harga bulan sebelumnya, Rp 7.600 per liter. Sementara BBM jenis Pertamax bulan ini tetap seharga Rp 9.000 per liter. Pertamax sudah mengalami kenaikan Rp 300 per liter pada Februari lalu dari harga sebelumnya Rp 8.700 per liter.
Unit Manager Comunication & CSR MOR I Sumatra Bagian Utara, Rudi Ariffianto, menjelaskan harga Pertalite disesuaikan kembali setelah mencermati harga minyak dunia yang trennya mengalami kenaikan. Di sisi lain, kurs rupiah terhadap dolar juga melemah.
Ia menyebutkan Pertalite, seperti BBM jenis umum lainnya, secara periodik konsisten dilakukan kajian harga. Apabila dua faktor utama tadi mendorong kenaikan harga BBM, maka harga produk naik. Sebaliknya, bila harga minyak dunia turun dan kurs rupiah menguat maka harga produk BBM pun turun.
"Namun, yang juga dapat disampaikan harga Pertalite ini masih menjadi harga yang paling bersaing dibandingkan dengan BBM RON 90 dari badan usaha lain yang dijual di Indonesia," katanya.