Ahad 25 Mar 2018 15:36 WIB

Cawapres Prabowo Harus dari Tokoh Islam

Prabowo dinilai mewakili kaum nasionalis yang membutuhkan pendamping unsur relijius.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Elba Damhuri
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Bursa calon wakil presiden terus menghangat seiring semakin dekatnya pendaftaran capres/cawapres Pilpres 2019. Dua capres masih menduduki posisi teratas elektabilitas, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dengan masing-masing perolehan 49,08 persen dan 29,67 persen.

"Sementara calon lain masih jauh di bawah keduanya," ungkap Direktur Political Communication Institute (PolcoMM) Heri Budianto di Jakarta, Ahad (25/3).

Yang menarik, responden juga ditanya perihal cawapres masing-masing kandidat. Heri mengatakan, jika Jokowi menempatkan seseorang berlatar belakang tokoh militer menjadi calon wakilnya, Prabowo lebih baik memilih calon wakilnya yang berlatar belakang tokoh agama.

Baca Juga: Jokowi dan Prabowo Masih Duduki Posisi Tertinggi Survei Capres

Ada 28,20 persen responden yang menjawab agar Prabowo meminang cawapres dari unsur tokoh agama Islam. Sosok militer justru menduduki posisi keempat jika dikaitkan dengan nama Prabowo dengan perolehan 15,24 persen.

"Alasan responden menggandeng tokoh agama (untuk Prabowo) adalah untuk melengkapi padanan nasionalis-religius dalam pemerintahan," terang Heri. 

Prabowo mewakili kalangan nasionalis, sementara cawapresnya dari unsur kaum relijius.

Namun, Heri menyebutkan ada persoalan serius terkait pengetahuan respondennya tentang tokoh berlatar belakang agama ini. Ini terbukti dari masuknya nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sebagai cawapres Prabowo di posisi teratas.

Ketika ditanya siapa calon wakil presiden Prabowo, mayoritas responden lebih memilih Gatot Nurmantyo yang berlatar belakang militer dengan angka 21,83 persen. Barulah kemudian terdapat nama Zulkifli Hasan dengan angka sebesar 18,50 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 15,50 persen, dan seterusnya.

Heri menuturkan, hal tersebut merupakan bentuk ketidakkonsistenan respondennya. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan responden tentang latar belakang tokoh-tokoh nasional.

Responden lebih hafal nama daripada latar belakang tokoh. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para tokoh untuk mensosialisasikan kepada publik," terangnya.

Dalam melakukan survei, PolcoMM menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. Survei dilakukan pada 18 Maret-21 Maret 2018 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin of error sebesar 2,83 persen.

Sejumlah kalangan memang mencoba menganalisis cawapres Prabowo yang pas untuk maju pada Pilpres 2019. Di sana ada nama Anies Baswedan, Tuan Guru Bajang (TGB), Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, Ahmad Heryawan, hingga Anies Matta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement