REPUBLIKA.CO.ID Dinamika politik menjelang pendaftaran calon presiden (capres) pada Agustus mendatang terus berkembang pesat. Dalam beberapa hari ini saja muncul ke permukaan manuver-manuver politik elite yang menyita perhatian publik.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Setya Novanto bernyanyi dalam kasus korupsi KTP elektronik dengan menyebut sejumlah nama besar, Habib Rizieq mengusulkan koalisi empat partai Islam, dan Prabowo Subianto menerima kunjungan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Pengamat menilai peristiwa-peristiwa ini tentu tidak bisa dilihat berdiri sendiri-sendiri. Ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Juga, ada sesuatu yang menggerakkannya sehingga menjadi perhatian besar masyarakat, termasuk pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra dengan Gatot Nurmantyo.
Apalagi, nama Gatot termasuk yang 'rating darling' untuk maju sebagai capres atau cawapres pada Pilpres 2019. Pun nama Prabowo Subianto yang terus membayangi capres pejawat, Jokowi, yang saat ini terus mendekati kelompok Islam untuk memuluskan langkahnya terpilih lagi.
Politisi Partai Gerindra, Muhammad Syafi'i atau Romo, pada Kamis (22/3) mengakui ada pertemuan antara Prabowo dan Gatot. Kata dia, Jenderal Gatot Nurmantyo berkunjung ke Partai Gerindra. Pada pertemuan tersebut, Gatot menyatakan siap untuk diusung sebagai calon presien dari Partai Gerindra.
Ketua DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, mengatakan Prabowo memang banyak bertemu dengan tokoh-tokoh nasional dari lintas bidang. Termasuk, pertemuan Prabowo dengan Gatot Nurmantyo.
Pertemuan biasanya digelar dalam rangka membangun komunikasi untuk membicarakan solusi dari persoalan bangsa dan negara. "Pada pertemuan antara Pak Prabowo dengan Pak Gatot Nurmantyo, saya tidak tahu persis apa yang dibicarakan, karena tidak ikut dalam pertemuan tersebut," kata Riza, Sabtu (24/3).
Riza menegaskan belum mengetahui kabar yang menyebutkan Gatot mendaftar sebagai calon presiden atau calon wakil presiden ke Partai Gerindra. Gerindra sampai sejauh ini masih menjagokan Prabowo maju sebagai capres 2019.
"Soal calon Presiden, pembahasan di internal Partai Gerindra sudah selesai. Kita akan mengusung Pak Prabowo. Saat ini Partai Gerindra sedang mencari waktu yang tepat untuk mendeklarasikan Pak Prabowo sebagai calon presiden," kata Riza.
Betulkah pencalonan Gerindra sudah final? Menelisik pertemuan Prabowo-Gatot, pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, menilai ada kemungkinan terkait capres yang bakal diusung Gerindra pada Pilpres 2019.
Jika tidak jadi mengusung Prabowo, Gerindra kemungkinan akan menggaet Gatot Nurmantyo sebagai penggantinya. Said berpendapat, Gerindra memiliki dua opsi untuk capres. Mereka tetap mengusung Prabowo atau menggaet Gatot Nurmantyo sebagai capres alternatif.
Latar belakang militer Gatot menjadi alasan penting untuk menggantikan Prabowo sebagai capres Gerindra. Said mengatakan, calon dari kalangan militer belakangan ini cukup disenangi oleh pemilih.
Dengan latar yang sama yakni militer, pendukung Prabowo dan Gatot tidak akan jauh berbeda. Suara pendukung tak akan bertambah dan tak akan bervariasi.
"Tokoh-tokoh itu bagus, tapi bagus saja di Pilpres itu tidak cukup,'' kata Said. ''Pendukung Jenderal Gatot sama dengan Prabowo. Tidak akan memperluas suara.''