Ahad 25 Mar 2018 01:11 WIB

Koalisi Empat Partai Diharap tidak Pragmatis

Koalisi empat partai dapat menjadi penyeimbang kekuatan poros pendukung Jokowi.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Didi Purwadi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Indonesia, Cecep Hidayat, menilai positif wacana pembentukan koalisi empat partai yang digawangi Gerindra bersama PKS, PAN dan PBB. Namun, ia menyarankan pembentukan koalisi sebaiknya relatif permanen.

''Poros politik saat ini kan relatif tidak permanen, hanya berdasarkan kepentingan pragmatis jangka pendek atas kepentingan yang sama,'' kata Cecep saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (24/3).

Cecep menilai koalisi empat partai dapat menjadi poros kedua sebagai penyeimbang kekuatan poros pendukung Jokowi. Sebuah sistem politik demokrasi memang sebaiknya tidak hanya ada satu polar agar ada keseimbangan dan pengawasan.

Namun sejak reformasi, koalisi parpol cenderung bersifat pragmatis dan jangka pendek ketimbang ideologis dan relatif permanen. Padahal, Cecep menyebut ada harapan tercipta poros yang kuat dan permanen atas dasar kesamaan ideologi atau kepentingan.

''Memang relatif sukar kalau sekarang bicara ideologi, tapi harusnya itu dimapankan,'' katanya.

Empat partai yang diwacanakan berkoalisi tersebut yakni Gerindra, PAN, PKS, dan PBB. Ini akan menjadi poros kedua setelah poros Jokowi.

Empat parpol tersebut di luar partai pendukung Joko Widodo di Pilpres 2019. Kalau digabung, suara empat parpol tersebut cukup kuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement