Sabtu 24 Mar 2018 14:24 WIB

Tiga Alasan PKS-Gerindra-PAN-PBB Bisa Berkoalisi

Dengan sikap politik yang mirip usulan koalisi empat partai dinilai wajar.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mendatangi kantor DPP PKS untuk melakukan pertemuan dengan Partai PAN dan PKS, Jakarta, Ahad (24/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mendatangi kantor DPP PKS untuk melakukan pertemuan dengan Partai PAN dan PKS, Jakarta, Ahad (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan beberapa kemiripan termasuk sikap politik yang cenderung oposisi terhadap pemerintah, munculnya usulan koalisi Gerindra, PAN, PKS, dan PBB dinilai wajar. Koalisi di luar pemerintah juga dinilai hampir pasti ada.

Direktur Ekselutif di Saiful Mujani Research & Cunsulting (SMRC) Djayadi Hanan mengatakan, secara normatif di atas kertas, koalisi empat partai yakni Gerindra, PAN, PKS dan PBB mungkin terjadi. Yang mengusulkan juga tokoh masyarakat sehingga itu dianggap aspirasi masyarakat. Tinggal tergantung partai tersebut, mau atau tidak.

Ia menjelaskan, dari segi pilihan politik, partai-partai itu punya kesamaan yakni menjadi oposisi terutama Gerindra dan PKS. Sebagai sesama oposisi, wajar mereka bersatu dalam satu poros. Sementara PAN secara resmi masih jadi koalisi Joko Widodo meski belakangan lebih cenderung seperti oposisi.

Analisis pemilih empat partai ini juga cenderung punya orientasi mirip di mana umumnya mereka bukan pemilih Jokowi. Kemungkinan empat partai itu bersatu terbuka dengan Gerindra sebagai penggerak utama yang mungkin mengusung capres Prabowo Subianto. Kubu Prabowo merupakan kubu yang menurut berbagai survei adalah terkuat ke dua setelah kubu Jokowi. Jadi bukan hanya partai-partainya yang memilih jadi oposisi pemerintah, tapi mereka juga punya calon yang cukup kuat melawan pejawat.

"Tiga alasan ini cukup membuat mereka bergabung dan sangat mungkin kalau mereka membangun satu poros sendiri," kata Djayadi melalui telepon, Sabtu (24/3).

Soal apakah poros di luar koalisi pemerintah akan terwujud, menurut Djayadi, hampir pasti akan ada koalisi non Jokowi. Yang paling kuat, adalah koalisi yang diusung Gerindra. Minimal ada dua partai yang bisa bersatu, Gerindra dan PKS. Dua partai sudah cukup untuk membuat poros sendiri. Kalau PAN dan PBB bergabung, itu jadi konfirmasi terhadap kecenderungan para pemilih PAN dan PBB yang selama ini memang bukan pemilih Jokowi.

Elite-elite PAN cenderung kurang ramah terhadap Jokowi meski masih berada dalam pemerintahan. Bahkan muncul polemik setelah Amies Rais mengkritik keras Jokowi. Menurut Djayadi, PAN nampaknya akan berada di luar koalisi pemerintah. Meski kalau Zulkifli Hasan ditawari jadi wapres, PAN kemungkinan akan bertahan di dalam.

"Peluang Zul juga tidak lebih tinggi dari bakal calon cawapres lain. Yang ingin jadi cawapres Jokowi juga banyak, ada 17 orang," ucap Djayadi.

Ditanya dampak terhadap sikap PAN atas koalisi jika pengaruh tokoh-tokoh PAN berkurang, Djayadi menilai sikap PAN akan tergantung juga pada sikap pemilihnya. Dari berbagai riset, kecenderungan pemilih PAN adalah tidak memilih Jokowi entah itu memilih Prabowo atau yang lain.

Sebelumnya, Partai Gerindra diimbau membangun koalisi bersama PKS, PAN dan PBB pada Pemilu 2019. Jika koalisi keempat partai tersebut terjadi, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab akan mengajak seluruh umat Islam Indonesia dan keluarga besar Alumni 212 untuk mendukung koalisi tersebut. Imbauan itu disampaikan Habib Rizieq saat Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade mengunjunginya di Makkah, Rabu (21/3) malam waktu setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement