Jumat 23 Mar 2018 20:06 WIB

NU-Muhammadiyah Keluarkan Lima Pernyataan Sikap

NU dan Muhammadiyah berkomitmen mengawal dan menjaga konsensus pendiri bangsa

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (dari kiri) memaparkan pendapat saat konferensi pers usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (dari kiri) memaparkan pendapat saat konferensi pers usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan lima pernyataan sikap bersama dengan Pengurus Pusat Muhammadiyah, di Kantor PBNU, Jumat (23/3). Lima sikap tersebut dibacakan oleh Pernyataan sikap dibacakan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir.

Haedar mengatakan dalam peryataan sikapnya mengatakan, NU dan Muhammadiyah berkomitmen mengawal dan menjaga konsensus pendiri bangsa bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final dalam berbangsa dan bernegara. Keberagamaan yang ada harus dibingkai dengan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kedua, NU dan Muhammadiyah akan terus melakukan upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas warga terutama dalam pengembangan pendidikan karakter yang mengedepankan akhlakul karimah di semua jenjang. Termasuk penguatan basis ekonomi keumatan dan peningkatan pelayanan kesehatan.

Kemudian yang ketiga, lanjut Haedar, NU dan Muhammadiyah menyerukan kepada pemerintah agar bersungguh-sungguh mengurangi kemiskinan dan angka pengangguran. Selain itu, pemerintah agar melakukan upaya terukur agar kesenjangan ekonomi dan sosial teratasi dengan baik.

Keempat, warga NU dan Muhammadiyah diimbau agar bersama-sama menjaga iklim yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Apalagi saat ini masuk di era media sosial.

Diperlukan kehati-hatian dalam menyikapi informasi yang berkembang di media sosial. Pasalnya banyak informasi hoax yang bisa memunculkan kebencian dan fitnah.

"NU dan Muhammadiyah berkomitmen untuk menghadirkan narasi yang mencerahkan melalui ikhtiar-ikhtiar dalam bentuk penguatan dan peningkatan literasi digital sehingga terwujud masyarakat informatif yang berakhlakul karimah," kata Haedar.

Kelima, NU dan Muhammadiyah mengajak warganya agar menjadikan tahun politik 2018 sebagai cara untuk melakukan perubahan yang berarti bagi bangsa dan negara. Perbedaan yang ada jangan sampai menjadi pemicu perpecahan.

Perbedaan harus dijadikan sebagai rahmat yang menopang harmoni kehidupan yang beranekaragam. Sebab, demokrasi tidak hanya membutuhkan kerelaan hati menerima perbedaan pendapat, namun juga kesabaran, ketelitian dan cinta kasih antarsesama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement