REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Setidaknya tercatat 156 anak-anak dan 103 perempuan di Bengkulu telah menjadi korban kekerasan. Berdasarkan data Dinas P3AKB Provinsi Bengkulu tahun 2017, kekerasan fisik dan seksual masih mendominasi kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Bengkulu.
Data ini membuktikan kaum perempuan dan anak di Bengkulu masih dibayangi kasus kekerasan. Kekerasan dapat terjadi di mana dan kapan saja dan oleh siapa saja.
"Ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk memutus mata rantai kekerasan pada perempuan dan anak, karena perempuan dan anak adalah dua pilar utama yang diperhitungkan dunia," ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,Yohana Yembise dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/3).
Hal ini disampaikan Yohana dalam Kampanye He for She di Bendungan Seluma, Provinsi Bengkulu. Menurut dia, dengan menyelamatkan satu orang perempuan ataupun anak sama saja telah menyelamatkan masa depan dunia.
Misi perlindungan perempuan dan anak dari segala bentuk kekerasan ini sejalan dengan salah satu misi utama yang di emban oleh Presiden Joko Widodo yang sebelumnya telah dinobatkan sebagai salah satu dari 10 Kepala Negara terpilih menjadi He for She Champion World Leader.
Selain penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, Indonesia juga didaulat untuk berfokus pada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), serta peningkatan partisipasi perempuan dalam politik dan pengambilan keputusan. Karena itu, menurut Yohana, Indonesia kini juga menjadi sorotan mata dunia karena mampu menjadi role model dalam mengemban amanah komitmen PBB yang tertuang pada Kampanye He for She.
"Untuk itulah saya mengajak seluruh masyarakat Provinsi Bengkulu untuk mengambil peran dalam kampanye He for She, karena kampanye ini tidak hanya dapat memajukan kaum perempuan tapi juga dapat melindungi kaum perempuan dan anak untuk berada di atas batas garis aman," kata Yohana.