Kamis 22 Mar 2018 19:46 WIB

Khofifah Ingin Pasar Tradisional Terus Bertahan

Kemunculan sosok Emil sebagai pendamping Khofifah bukan hanya sebagai pelengkap.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: EH Ismail
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan Emil Elestianto Dardak (kanan) menjalani tes kesehatan tahap kedua di Graha Amerta RSUD Dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/1).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan Emil Elestianto Dardak (kanan) menjalani tes kesehatan tahap kedua di Graha Amerta RSUD Dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut satu, Khofifah Indar Parawansa, melanjutkan kampanyenya dengan menyapa masyarakat di pasar Perak, Jombang, Kamis (22/3). Para pedagang, tukang becak, dan masyarakat lainnya sempat menunggu kedatangan Khofifah, bahkan sebelum yang bersangkutan datang.

Setibanya di gerbang Pasar Perak, Khofifah ditemani para pedagang pasar untuk menyusuri lorong-lorong pasar Perak. Menteri Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurrahman Wahid ini pun menyapa satu per satu para pedagang dan masyarakat yang berbelanja.

Di sana, Khofifah juga menyempatkan diri sarapan bersama para pedagang pasar. Saat sarapan, Khofifah mencicipi semangkuk rawon. Hampir satu jam, Khofifah menyusuri pasar untuk menavigasikan program.

Khofifah kemudian menilai pasar tradisional perlu perlindungan dengan membenahi infrastruktur, hingga bantuan modal untuk pedagang. Sehingga pasar tradisional bisa terus bertahan di tengah persaingan dengan pasar modern.

“Saya melihat ritme perdagangan sangat tinggi. Kembali infrastruktur rasanya harus dibenahi. Sehingga siklusnya antar pedagang dan pembeli bisa berjalan dengan baik. Pasarnya crowded karena intensitasnya tinggi sehingga harus diperluas tanpa harus meninggalkan siapa pemilik bedek di sana,” kata Khofifah.

Khofifah juga berharap, masyarakat pasar bisa berdaya dan berkembang. Menurutnya, pedagang pasar perlu diberi bantuan modal agar bisa mengembangkan dagangannya. “Bagaimana KUR, agen bank yang mendistribusikan Kredit Usaha Rakyat itu bisa disegerakan dibangun di tengah pasar tradisional. Supaya pedagang bisa mengakses dana murah,” ujar Khofifah.

Semakin menarik simpati

Hampir dua bulan masa kampanye, pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistanto Dardak semakin menarik simpati masyarakat. Khofifah-Emil semakin digdaya di sejumlah survei.

Dalam survei terbaru yang dilakukan poltracking pada 6-11 Maret 2018, pasangan Khofifah Emil unggul mencapai 42,4 persen. Sedangkan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno berada pada angka 35,8 persen dengan undecided voters sebesar 21,8 persen.

Survei yang dilakukan Poltracking Indonesia ini menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah responden 1.200 dan margin of error 2,83 persen serta tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan di 29 kabupaten dan 9 kota di Jawa Timur.

Peneliti Associate Poltracking, Arya Budi menganalisis sejumlah penyebab meningkatnya elektabilitas khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2018. Arya menilai, meningkatnya elektabilitas pasangan nomor satu ini didorong faktor massa yang fanatik dari periode sebelumnya. “Khofifah punya modal suara yang tidak sedikit sejak awal. Sejak sebelum mencalonkan,” kata Arya.

Menjelang pemilu, dukungan sejumlah partai pengusung yang mulai turun ke lapangan disebut menjadi faktor meningkatnya elektabilitas. Kemudian, bergabungnya Gubernur pejawat kepada Khofifah dinilai menjadi satu keuntungan tersendiri bagi kubu Khofifah-Emil. Faktor Soekarwo dan demokrat bisa menjadi amunisi menarik suara massa dari Mataraman.

“Soekarwo mampu menarik pemilih abangan nasionalis yang mampu menarik ke dalam suara Khofifah. Karena dia diuntungkan dengan incumbent dua periode dengan tingkat kepuasan tinggi,” ujar Arya.

Selain itu, Arya melanjutkan, program Khofifah-Emil dinilai lebih unggul dan lebih inovatif dibandingkan program pasangan Gus Ipul-Puti. Alasan lainnya, di faktor lawan atau Gus Ipul-Puti belum menemukan turning point tawaran program yang kira-kira mampu distingsi terhadap program periode pemerintahan sebelumnya. “Jadi, pembeda yang baru yang inovatif yang kira-kira membangkitkan simpati publik lebih massif tidak bisa dihadirkan. Akhirnya, pemilih yang awalnya berada di tengah beralih ke pasangan Khofifah,” kata Arya.

Arya menyatakan, faktor Emil Dardak yang potensial menarik pemilih millenial juga memperkuat elektabilitas Khofifah. Dengan popularitas yang masih bisa ditingkatkan lagi, Emil dinilai menjadi faktor kuat buat khofifah menggaet kalangan millenial.

Selain sebagai calon wakil gubernur, kata dia, Emil Dardak di saat yang sama merupakan salah satu Bupati termuda dan berprestasi di Indonesia yang saat ini diberi tanggung jawab memimpin Trenggalek. “Sehingga, kemunculan sosok Emil sebagai pendamping Khofifah bukan hanya sebagai pelengkap, namun menyempurnakan dwi tunggal ini di mata anak-anak muda,” kata Arya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement