REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang menyebutkan berkas dokumen Kota Lama sebagai persyaratan world heritage akan dikirimkan ke UNESCO pada September 2018. Ketua BPK2L Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan jika ada kekurangan, bisa dilengkapi pada November 2018.
Sejauh ini, kata dia, progres persiapan kawasan Kota Lama Semarang menuju "world heritage" masih sesuai jadwal, termasuk proyek revitalisasi kawasan yang ditargetkan bisa rampung akhir tahun ini. Ita, sapaan akrab Hevearita yang juga Wakil Wali Kota Semarang itu, mengatakan inventarisasi bangunan-bangunan yang bisa dimanfaatkan sedang dilakukan untuk semakin menghidupkan kawasan Kota Lama Semarang.
"Sedang kami inventarisasi berapa bangunan yang sudah 'fix' dimanfaatkan. Banyak tim yang kami libatkan untuk mempelajari sejarah bangunan-bangunan yang ada di kawasan Kota Lama Semarang," katanya.
Mengenai persyaratan sebagai warisan budaya dunia, diakuinya, Unesco tidak hanya menilai kondisi zaman dahulu, melainkan zaman sekarang, seperti pemanfaatan untuk menunjang sektor pariwisata dan ekonomi.
"Dari Unesco tidak hanya dinilai zaman 'old', tetapi juga zaman 'now'. Jadi, kami harus kolaborasikan apa di masa lalu dan masa depan. Bagaimana sektor pariwisata dan ekonomi berkembang beriringan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Masdiana Safitri mengharapkan para pegiat wisata untuk ikut membantu mempromosikan kawasan Kota Lama Semarang sebagai destinasi favorit.
"Ya, misalnya melalui media sosial. Sekarang ini kan eranya digital. Kebetulan, banyak 'spot' di kawasan Kota Lama yang 'instagramable'. Kalau difoto dan diunggah ke medsos kan akan banyak yang mengetahui," katanya.
Diakuinya, peran medsos untuk pengembangan kawasan kota sekarang ini sangat besar, termasuk pariwisata, seperti mempromosikan destinasi wisata favorit dengan mengunggah fotonya di medsos.
"Kawasan Kota Lama memang menjadi salah satu destinasi wisata yang diprioritaskan pengembangannya oleh Pemerintah Kota Semarang. Perlu sinergitas yang baik dari seluruh 'stakeholder', termasuk biro perjalanan wisata, hotel, dan restoran," kata Masdiana.