Kamis 22 Mar 2018 02:42 WIB

Persentase Stunting di Purbalingga Masih Di Atas Batas WHO

2018, Dinas Kesehatan Purbalingga mencatat persentase stunting hanya 22,9 persen.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ratna Puspita
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA — Persentase stunting atau gizi kronis di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, masih berada di atas batas yang ditetapkan oleh WHO yang mestinya di bawah 20 persen. Tahun lalu, Dinas Kesehatan Purbalingga mencatat persentase kasus stunting hanya 22,9 persen dari angka kelahiran dalam satu tahun. 

“Hanya kurang dari 2,9 persen dari target jumlah kasus stunting nasional sebesar 20 persen,” kata Kepala Dinkes Purbalingga drg Hanung Wikantono, Rabu (21/3). 

Meski masih berada di atas batas WHO, Hanung mengatakan, kasus stunting di Purbanglingga sebenarnya mengalami penurunan. Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, Prevalensi atau jumlah kasus stunting di Purbalingga pada 2013 mencapai 36,75 persen. 

Dengan jumlah kasus sebanyak itu, Kabupaten Purbalingga menduduki urutan ke-86 di Tanah Air dalam hanya jumlah kasus stuntung terbanyak. Untuk itu, Purbalingga kemudian dimasukkan dalam 100 daerah prioritas yang mendapat prioritas penanganan stunting oleh pemerintah pusat. 

Setelah Purbalingga ditetapkan sebagai salah satu dari 100 kabupaten yang mendapat prioritas penanganan stunting, jumlah kasus stunting terus mengalami penurunan. Jika pada 2015 mencapai 26,5 persen maka pada 2016 turun menjadi 23,1 persen. Kemudian tahun lalu dapat ditekan lagi menjadi 22,9 persen. 

“Data itu berasal dari hasil survei Pemantauan Status Gizi Dinkes Provinsi Jawa Tengah dan Poltekes Semarang. Bukan oleh kita,” kata dia. 

Untuk tingkat Jawa Tengah, dia mengatakan, jumlah kasus stunting di Purbalingga hanya menduduki urutan ketujuh dari 10 kabupaten/kota dengan kasus stunting terbanyak. ''Bukan urutan ketiga seperti yang diberitakan sebelumnya,'' katanya.

Pada tingkat Jawa Tengah, Hanung menyebutkan, kasus stunting di Kabupaten Pemalang dan Brebes, jauh lebih tinggi dibandingkan Purbalingga. Bahkan, kedua daerah tersebut masuk dalam 10 besar jumlah kasus stunting secara nasional.

Selain itu, kata Hanung, dibandingkan dengan dengan Kabupaten Wonosobo, Grobogan, Blora dan Demak, kasus stunting di Kabupaten Purbalingga juga masih lebih sedikit.

Hanung mengatakan, kasus stunting atau gizi buruk yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan anak terkait erat dengan masalah kemiskinan. Sejak data mengenai kasus stunting dikeluarkan 2013, Hanung mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk terus menekan kasus serupa. 

Antara lain dilakukan melalui upaya preventif, di mana pihaknya intensif melakukan penyuluhan pada warga di pelosok desa mengenai pentingnya menjaga kesehatan bayi melalui asupan gizi pada ibu hamil, hingga kemudian anaknya dilahirkan dan mengalami masa pertumbuhan.

Hanung juga menyebutkan, upaya Dinkes ini juga didukung berbagai program dan kegiatan lain yang dilakukan dinas terkait. Antara lain, dengan adanya program pengentasan kemiskinan, perbaikan sanitasi, rehab rumah layak huni dan pengentasan pengangguran.

Untuk semakin menurunkan angka tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, memprioritaskan penanggulangan stunting atau masalah kurang gizi kronis di sepuluh desa. 

Sepuluh desa tersebut terdiri dari Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon, Desa Brecek, Cilapar dan Sempor Kecamatan Kaligondang, Desa Candinata Kecamatan Kutasari, Desa Kradenan, Selagangeng dan Sangkanayu Kecamatan Mrebet, Desa Bantarbarang Kecamatan Rembang, serta Desa Kalitinggar Kecamatan Padamara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement