REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengapresiasi peluncuran produk BRIguna Flexi Pendidikan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan sistem kredit pendidikan tersebut, diharapakan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan.
"Ini memberikan suatu harapan baru untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya Indonesia dalam menghadapi Sustainability Development Goals," ungkap Nasir saat peluncuran produk BRIguna Flexi Pendidikan di Gedung Kemenristekdikti Jakarta, Rabu (21/3).
Nasir menilai, produk tersebut merupakan prospek yang sangat bagus pada peluncuran pertama ini BRI menyasar pada mahasiswa S2 dan S3. Pasalnya untuk mahasiswa S1 masih memiliki risiko yang tinggi terhadap produk pinjaman.
"Untuk itu dibuat segmentasi. Saat ini masih untuk mahasiswa-mahasiswi S2 dan S3. Ke depan untuk mahasiswa S1 akan menyasar pada bidang yang potensial seperti sains dan engineering. Karena saat ini bidang tersebut masih dibutuhkan oleh pemerintah," jelas Nasir.
Di sisi lain, kata Nasir, merujuk Undang-undanh Nomor 12 tahun 2012 pemerintah memang wajib memberikan kredit tanpa bunga untuk pendidikan. Untuk itu Nasir mengusulkan agar bank dapat memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah. Karena itu, dia pun berharap, perbankan yang lain bisa terdorong untuk memberikan pinjaman kepada mahasiswa seperti halnya BRI.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) meluncurkan BRIguna Flexi Pendidikan sebagai solusi dana untuk pembiayaan strata dua (S2) dan S3. Peluncuran tersebut, sebagai respon BRI atas usulan presiden perihal adanya kredit pendidikan atau student loan.
Direktur Utama BRi Suprajarto mengatakan, BRIguna Flexi Pendidikan berlaku untuk pekerja aktif dengan status pekerjaan tetap instansi atau perusahaan yang akan atau sedang menempuh pendidikan S2, S3 di Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia.