Rabu 21 Mar 2018 16:44 WIB

Terkait Pidato Prabowo, Said Aqil: Pesimis itu tak Boleh

Ketua Umum PBNU mengatakan jangan sampai siapapun pesimis dengan kondisi Indonesia.

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj
Foto: MG02
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PBNU Said Aqil ikut angkat bicara mengenai pernyataan dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam pernyataan tersebut Prabowo mengatakan Indonesia bisa hilang pada 2030 jika pemerintah masih bekerja seperti sekarang karena telah membagi-bagikan tanah ke pihak asing.

Said mengatakan, program Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam membagikan sertifikat tanah tidak lah salah. Pemberian hak guna bagi pihak asing yang ramai dibicarakan sebenarnya bukan dilakukan pemerintah kali ini. Pemerintahan sebelumnya juga bahkan memberikan hak guna lahan guna menunjang perekonomian.

"Itu kan sudah lama kejadiannya. Pak jokowi sekarang malah cuci piring lah istilahnya, pencuci. Ya kalau sifatnya Prabowo itu warning (peringatan), ya bisa terima, itu baik," ujar Said Aqil di Istana Negara, Rabu (21/3).

Namun, lanjut Said Aqil, untuk menyebut bahwa Indonesia bisa hilang dalam 12 tahun ke depan hal tersebut seharusnya tidak tercetus. Jangan sampai siapa pun termasuk Prabowo pesimis bahwa Indonesia terancam hilang pada 2030.

"Tetapi kalau pesimis, itu tidak boleh, kita tidak boleh pesimis," ujar Said Aqil.

Menurutnya, pembagian sertifikat tanah yang dilakukan pemerintah saat ini sudah tepat. Sebab masih banyak masyarakat yang tidak memiliki sertifikat tersebut dan bisa terancam sengketa dengan pihak lain. Pembagian sertifikat menjadi salah satu program dalam redistribusi aset.

"Ada pengusaha yang punya tanah jutaan hektare, ada tanah yang sejengkal tanah saja tidak punya masih banyak. Siapa yang bagi-bagi? bukan presiden sekarang," papar Said Aqil.

Pihak Istana memberikan tanggapannya terkait pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tentang hasil kajian internasional yang menyebut Indonesia bakal bubar pada 2030 nanti. Menurut Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi, pernyataan Prabowo tersebut justru tak sesuai dengan kenyataan kondisi Indonesia saat ini yang semakin membaik.

"Itu perlu ditanya juga kan harus ada kajian ilmiah, analisis. Anda kan sering baca juga analisis Indonesia oleh orang luar kan optimisme dibangun orang-orang luar atas perkembangan di Indonesia, oleh pakar-pakar ekonomi tingkat dunia loh ya," jelas Johan di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (21/3).

(Baca: Istana: Pidato Prabowo Indonesia Bubar 2030 tak Berdasar)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement