Rabu 21 Mar 2018 13:54 WIB

BMKG Ungkap Analisis Hujan Lebat Penyebab Banjir Cicaheum

Hujan sangat lebat menyebabkan banjir di sekitar Cicaheum.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Nur Aini
Suasana pasca banjir di kelurahan Cicaheum dan kelurahan Jatihandap Kecamatan Mandalajati, Bandung, Rabu (21/3).
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
Suasana pasca banjir di kelurahan Cicaheum dan kelurahan Jatihandap Kecamatan Mandalajati, Bandung, Rabu (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandung menganalisis hujan deras yang turun di Kota Bandung pada Selasa (20/3) kemarin. Hujan yang turun sangat lebat tersebut mengakibatkan banjir di kawasan Cicaheum dan sekitarnya.

Prakirawan BMKG Bandung Muhammad Iid Mujtahiddin mengatakan hujan yang turun dengan intensitas sedang hingga lebat menyebabkan banjir di sekitar wilayah Cicaheum. Akibatnya, kemacetan di berbagai ruas jalan bahkan kerugian material terjadi.

Iid mengungkapkan berdasarkan pantauan citra satelit terdapat pembentukan awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Bandung bagian timur tepatnya di sekitar wilayah Kabupaten Bandung bagian Utara (KBU) dan sekitarnya pada pukul 15.00 WIB. Kondisi tersebut mengakibatkan hujan turun dengan intensitas lebat hingga sangat lebat.

"Faktor regional yakni adanya pertemuan angin (konvergensi) serta adanya belokan angin (shearline) di sekitar wilayah KBU sehingga berpotensi terhadap pembentukan awan-awan konvektif potensial hujan," kata Iid, Rabu (21/3).

Sementara menurut analisis faktor global dikarenakan terdapat anomali suhu permukaan laut di perairan Jawa Barat yang cenderung hangat. Kondisi tersebut berpeluang membentuk awan-awan potensial hujan.

Ia menyebutkan suhu maksimum pada 20 Maret yang tercatat paling tinggi  30,6 derajat celcius sekitar pukul 14.00 WIB. Dengan kelembaban relatif paling rendah sekitar 48 persen pada saat awal pembentukan awan cumulonimbus di siang hari sekitar pukul 13.00 wib.Dari pantauan citra radar terdeteksi adanya pembentukan awan konvektif. "Awan ini yang berpotensi membentuk awan cumulonimbus dengan kategori hujan lebat hingga sangat lebat dan ketinggian puncak awan bisa mencapai 14 km pada pukul 15.16 WIB," tuturnya.

Menurutnya, berdasarkan data klimatologi , Maret merupakan bulan dengan curah hujan paling tinggi untuk wilayah Bandung. Musim hujan pun diperkirakan masih akan terjadi hingga beberpa bulan ke depan.

"Pada saat ini masih merupakan periode musim hujan (PMH) yang diprakirakan masih berlangsung hingga bulan Mei. Dari data pos hujan yang tersedia diwakili oleh pos hujan lembang (bagian kawasan KBU) curah hujan yang tercatat dalam kategori sedang bahkan hingga lebat," katanya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat Bandung dan sekitarnya untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi peningkatan curah hujan. Apalagi hujan lebat sering mengakibatkan genangan air di titik-titik rawan banjir.

"Masih perlu dilakukan baik dengan melakukan kebersihan saluran air sehingga pada saat terjadi curah hujan ekstrem tidak menimbulkan genangan atau banjir," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement