REPUBLIKA.CO.ID Terkait kembali maraknya pembobolan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dengan modus skimming belakangan ini, Polri menyebut mesin ATM yang terletak di tempat umum lebih rawan dipasang skimmer (alat penyalin data nasabah). Pasalnya, lokasi di tempat umum tersebut kerap tidak diawasi oleh petugas keamanan.
"Pelaku-pelaku skimming ini meletakkan alat-alatnya pada ATM-ATM yang jarang dilakukan kontrol oleh manajemen public area tersebut dan perbankan. Maksudnya, katakanlah pertokoan yang ada di tempat-tempat terpencil waralaba yang ada," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Senin (19/3).
Salah satu kasus skimming yang diungkap kepolisian adalah skimming yang dilakukan oleh empat warga negara asing. Alat skimming dipasang di tempat-tempat dengan keramaian pengguna ATM, tapi minim pengawasan seperti di titik wisata. Iqbal membenarkan bahwa para pelaku memang kerap mengincar mesin ATM dengan intensitas transaksi tinggi. "Jadi tempat yang berpotensi perputaran uang," ujar dia.
Untuk itu, Iqbal mengimbau agar para nasabah lebih berhati-hati dalam menggunakan ATM di mesin yang terletak di tempat umum. Ia menyebutkan, modus ini sebenarnya bukan modus yang baru. Pada 2016, modus skimming ini juga pernah marak. Kepolisian saat itu juga melakukan penangkapan.
Namun, seiring berkembangnya waktu, skimming yang dilakukan juga mengalami perubahan. "Sekarang mereka pakai modus skimming lusa bisa ada saja (modus baru) karena semakin canggihnya teknologi semakin canggih juga pelaku-pelaku mempelajari itu," ujar Iqbal.
Sebelumnya, empat warga negara asing (WNA) asal Rumania dan Hungaria dibekuk Polda Metro Jaya karena melakukan pembobolan ATM BRI lewat dengan modus skimming. Tiga pelaku yang merupakan WNA asal Rumania, yakni Caitanovici Andrean Stepan, Raul Kalai alias Lucian Meagu, dan Ionel Robert Lupu.