Senin 19 Mar 2018 09:40 WIB

Pengamat: Prabowo atau Jokowi Butuh Cawapres Berbasis Islam

Prabowo dan Jokowi dipersepsikan oleh publik sebagai tokoh dari kalangan nasionalis.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) bergegas seusai memberikan keterangan pers di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) bergegas seusai memberikan keterangan pers di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Paramadina Toto Sugiarto menilai Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto membutuhkan calon wakil presiden (cawapres) dari kalangan Islam jika maju pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Sebab, keduanya dipersepsikan oleh publik sebagai tokoh dari kalangan nasionalis.

"Di persepsi publik, Prabowo itu sebagai tokoh nasionalis, sama dengan Jokowi. Ini artinya, mereka harus mencari pendamping yang berlatar belakang Islam politik. Nah, ini ada di NU, Muhammadiyah, dan di PKS. Pilihannya di situ," kata dia kepada Republika, Ahad (18/3). 

Memilih cawapres dari kalangan Islam politik, menurut Toto, akan berdampak positif untuk meningkatkan dukungan massa pada pilpres 2019. Sebab, basis massa yang berbeda tentu akan memberikan keuntungan bagi Prabowo maupun Jokowi.

"Ini memberikan nilai positif karena kolamnya berbeda dengan Prabowo maupun Jokowi. Dengan pola yang berbeda itu maka suaranya akan besar," papar dia.

Baca juga: PDIP Mulai Sortir Nama Cawapres Jokowi

Karena itu, menurut Toto, tidak tepat jika Jokowi nantinya memilih Puan Maharani sebagai cawapres. Karena "kolam" massa yang dimiliki keduanya sama. 

Jokowi lebih baik mencari tokoh Islam sebagai cawapres dirinya agar bisa menambah basis massa dukungan. "Saya kira mereka (Prabowo ataupun Jokowi) akan menyandingkan dirinya dengan tokoh Islam, kalau mereka pintar," katanya.

Toto menuturkan, dalam kondisi itu, parpol yang berbasiskan Islam akan menjadi perhatian utama demi mendongkrak dukungan massa. Dengan mengambil tokoh dari parpol Islam, akan lebih mudah menggerakkan mesin politik yang sudah ada untuk menaikkan elektabilitas. 

Hal ini lebih baik daripada menarik tokoh di luar parpol. "Mereka yang punya mesin politik solid akan lebih cepat mengenalkan orang itu ke masyarakat dan kemudian mencari simpati dari masyrakat, perhitungan politiknya di situ, dibanding misalnya dengan TGB yang tidak punya mesin politik langsung. Jadi, itu kelebihannya," katanya. 

Baca juga: Dari Sohibul, Gatot, Hingga TGB Masuk Bursa Cawapres Prabowo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement