Ahad 18 Mar 2018 07:20 WIB

Haedar: MPM Harus Bermanfaat dan Menginspirasi Masyarakat

Gerakan-gerakan MPM harus menghadirkan Islam sebagai dinul alam yang transformatif.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (17/3). Rakornas dibuka langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Hadar Nashir, yang turut mengunjungi usaha-usaha warga binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat.  (Foto: Dokumen Muhammadiyah)
Foto: foto: dok muhammadiyah
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (17/3). Rakornas dibuka langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Hadar Nashir, yang turut mengunjungi usaha-usaha warga binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat. (Foto: Dokumen Muhammadiyah)

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA --  Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah diminta lebih memberikan manfaat dan menginspirasi masyarakat. Sebab dengan langkah itu, merupakan modal besar mewujudkan Islam berkemajuan dan go internasional.

"Muhammadiyah punya jiwa Islam berkemajuan, tidak hanya agama sebagai keyakinan, tapi dinul amal yang membawa kemanfaatan kepada umat," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (17/3).

Itu diungkapkan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) MPM PP Muhammadiyah. Rakornas sendiri diikuti utuan PP, MPM, Ketua PWM, Ketua MPM dan PCM terpilih. Turut hadir kelompok dampingan MPM, pimpinan-pimpinan PTM dan perwkailan petani, peterak dan nelayan Indonesia.

photo
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (17/3). Rakornas dibuka langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Hadar Nashir, yang turut mengunjungi usaha-usaha warga binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat. (Foto: Dok. Muhammadiyah)

 

Haedaer menekakan, pusat keunggulan harus dibuktikan dengan gerak dakwah komunitas, agar masyarakat bisa terlibat langsung. Karenanya, dia meminta, gerakan-gerakan MPM harus dapat menghadirkan Islam sebagai dinul alam yang transformatif.

Agama, lanjut Haedar, melahirkan pembebasan, dan PKO lahir untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dalam arti luas. Dia merasa, kehadiran Rasulullah SAW pada dasarnya untuk membawa kebebasan dari kegelapan, kebodohan, keterbelakangan dan lain-lain. "Hal itu pula yang diteladani KH Ahmad Dahlan melalui gerakan Muhammadiyah," ujar Haedar.

Kemudian, Islam di antara agama lain perlu satu langkah di depan untuk berkeadaban dan jadi contoh terbaik menyelesaikan persoalan bangsa. Karenanya, dia menekankan, masalah yang ada tidak selesai hanya dengan branding agama damai, bersahabat dan lain-lain.

"Tapi, Islam hadir sebagai agama yang mencerahkan, yang membawa perubahan dan kemajuan bangsa," kata Haedar.

Rektor UMS, Sofyan Arif melihat, MPM merupakan majelis strategis memberdayakan masyarakat. Pasalnya, pola-pola pemberdayaan yang selama ini dijalankan menekankan kemandirian, dan menyentuh masyarakat yang membutuhkan.

"Bahkan, berkat kiprah MPM membuat Muhammadiyah dikenal orang asing, ketika saya tawarkan orang Swedia, Muhammadiyah menjadi pilihan pertama untuk kerja sama pendidikan dan rumah sakit," ujar Sofyan.

Senada, Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin menegaskan, pemberdayaan bukan mesin dari organisasi. Tapi, lanjut Yamin, pemberdayaan mengandung unsur sinergi dan strategi amal usaha untuk pemberdayaan masyarakat.

Untuk itu, sasaran pemberdayaan MPM PP Muhammadiyah selama ini seperti buruh, nelayan, dhuafa yang ada di perkotaan. Ada pula mustadafin-mustadafin yang ada di pedesaan dan daerah-daerah terjauh maupun terpencil.

"Pemberdayaan tidak pernah ada kata lelah berhenti, selama masih ada rakyat menderita, tidak ada kata istirahat," kata Yamin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement