Sabtu 17 Mar 2018 05:17 WIB

Hawking, antara Kebetulan, Keajaiban, dan Kepastian

Kehebatan Hawking memberinya tempat istimewa di mata jutaan orang di dunia.

Asma Nadia
Foto: Daan Yahya/Republika
Asma Nadia

Hal lain,  Hawking lahir di tanggal 8 Januari 1942 atau tepat pada peringatan 300 tahun meninggalnya ilmuwan besar Galileo akibat dibakar hidup-hidup atas perintah gereja setempat. Ia pun menduduki posisi yang sama seperti Isaac Newton di The Royal Society. Apakah fakta-fakter tersebut murni kebetulan semata, atau Allah sedang memberi pesan tersirat?

Prestasi dan kehebatan Hawking memberinya tempat istimewa di mata jutaan orang di dunia. Kalau ada hal yang disayangkan, di antara begitu banyak pencapaian, keajaiban, dan perjuangan, Stephen Hawking tak berhasil menemukan cahaya hidayah.

Ia dengan tegas  menolak eksistensi Tuhan. Menurutnya, Tuhan tidak ada hubungannya  dengan keberadaan dan penciptaan alam semesta. Hawking menganggap keteraturan alam terjadi begitu saja.

Cukup mengherankan, sebab seorang arkeolog yang menemukan tanah liat berbentuk bulat rapi langsung menyimpulkan ada manusia yang membuat.  Lain waktu saat menemukan pahatan berbentuk lancip spontan menyimpulkan ada manusia yang merancangnya. Lalu bagaimana mungkin seseorang bisa  mengabaikan tata surya yang demikian rumit dan teratur sistemnya, tanpa ada yang menciptakan?

Hawking tidak sendiri. Terdapat cukup banyak fisikawan yang memercayai alam semesta terjadi begitu saja setelah sebuah ledakan besar, Big Bang.

Padahal justru sejak ribuan tahun lalu Allah menerangkan secara tersirat, "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya [21]:30)

Kecerdasan tak selalu berbanding lurus dengan hidayah, sebab pada akhirnya hidayah sepenuhnya milik Allah. Cahaya yang hanya mampu diterima mereka yang dipilih-Nya dan memang siap membuka hati selapang mungkin untuk menyerapnya.

Sebagai sesama hamba Allah, tentu kita berharap, di masa depan akan semakin banyak pribadi cerdas dan brilian yang sekaligus berada dalam naungan hidayah, hingga segala kelebihan yang mereka miliki, bermanfaat bagi kemaslahatannya tak hanya di dunia juga di akhirat kelak.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement