REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), diharap tidak berkecil hati untuk maju sebagai calon presiden (capres) 2019. Karena, TGB diyakinkan akan mendapat dukungan penuh dari kalangan pondok pesantren.
"Sekarang kita doakan, kita sebut beliau (TGB) sebagai calon, kita harus dukung beliau supaya tidak minder bahwa santri bisa jadi gubernur, bisa jadi calon presiden," kata Ketua Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ma'arif, KH Nu'man Abdul Hakim, saat tabligh akbar di Ponpes Darul Ma'arif di Desa Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar), Jumat (16/3) malam.
Nu'man mengajak para santri mendoakan TGB agar senantiasa diberikan kesehatan. Para santri juga diminta mendoakan TGB agar diberikan jalan menjadi pemimpin bangsa.
"Kita berharap tuan guru sehat dan ada jalan,'' katanya. ''Kita selalu berdoa (TGB) jadi nomor satu. Tapi kalau enggak bisa nomor satu, ya nomor dua enggak apa-apa, nanti dari nomor dua kan nomor satu.''
Nu'man menyakinkan solidaritas pondok pesantren akan menguatkan perjuangan TGB. Apalagi, TGB dinilai sebagai simbol kebangkitan santri. Berlatar belakang pesantren, TGB mampu membuktikan bahwa santri juga mampu menjadi pemimpin.
Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan TGB semasa menjabat Gubernur NTB selama dua periode. "Kebangkitan santri dimulai saat beliau menjadi gubernur termuda di Indonesia dari kalangan santri," ujar Nu'man.
Sebelumnya dukungan juga datang dari Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (15/3). Dewan Pesantren Cintawana, KH Irfan Hilmi, menyebut TGB sebagai figur pemimpin yang inspiratif dan menjadi gubernur terbaik se-Indonesia lewat beragam ikhtiarnya dalam membangun NTB selama dua periode.
TGB pernah menjadi gubernur termuda di Indonesia. Irfan berharap TGB mampu melanjutkan keberhasilannya membangun NTB dengan lebih luas lagi memimpin Indonesia. "Keberhasilannya TGB di NTB luar biasa. Menjadi presiden termuda bukan tidak mungkin. Kalau Allah berkehendak, apa pun bisa terjadi," kata Irfan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika