Jumat 16 Mar 2018 11:12 WIB

Permintaan Komoditas Teh Indonesia Tinggi di Tiga Negara

Secara internal konsumsi teh dalam negeri masih rendah.

Focus Group Disscussion (FGD) dengan tema ‘Daya Saing, Keunggulan, dan Kelemahan Komoditas Pertanian di Indonesia’ yang dihadiri  perwakilan University Network for Indonesia Export Development (UNIED). FGD digelar di Kampus IPB Dramaga, Bogor,  Kamis (14/3).
Foto: Dok. IPB
Focus Group Disscussion (FGD) dengan tema ‘Daya Saing, Keunggulan, dan Kelemahan Komoditas Pertanian di Indonesia’ yang dihadiri perwakilan University Network for Indonesia Export Development (UNIED). FGD digelar di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Kamis (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Pertanian Bogor (IPB) menginisiasi Focus Group Disscussion (FGD) dengan tema ‘Daya Saing, Keunggulan, dan Kelemahan Komoditas Pertanian di Indonesia’ yang dihadiri  perwakilan University Network for Indonesia Export Development (UNIED). FGD digelar di Kampus IPB Dramaga, Bogor,  Kamis (14/3).

“FGD bertujuan merespon berbagai isu dan permasalahan terkait perdagangan internasional yang menuntut semua negara produsen, termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai dan volume ekspor produknya, sehingga dapat berdaya saing kuat di pasar internasional,” kata Rektor IPB, Dr. Arif Satria, SP, M.Si yang sekaligus sebagai Chairman UNIED, dalam siaran pers yang diterima, Jumat (16/3).

 Selain itu, Indonesia memiliki ragam komoditas ekspor pertanian, perkebunan dan perikanan yang sangat strategis. Komoditas ini diantaranya: teh, kopi, kakao, kelapa sawit, mangga, manggis, jambu, kelapa, jahe, beras premium, anggrek, udang, tuna dan lobster serta sejumlah komoditas unggulan lainnya.

Pada kesempatan itu, Prof. Hermanto Siregar,  Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pangan UNIED menyampaikan terkait daya saing, keunggulan dan kelemahan 12 komoditi pertanian di Indonesia.

“Contohnya komoditas teh Indonesia sangat digemari di Kamboja, Papua Nugini, dan Filipina.  Permintaan teh Indonesia di ketiga negara ini masih tinggi. Ini menunjukkan daya saingnya cukup bagus. Secara internal konsumsi teh dalam negeri masih rendah. Harga teh Indonesia pun masih rendah, secara eksternal permintaan teh Indonesia masih ada,” kata Prof. Hermanto.

Komoditas strategis itu dinilai masih memiliki berbagai hambatan dalam perdagangan ekspor. Selama ini komoditas tersebut diekspor ke negara-negara Eropa dan Timur Tengah.   Beberapa hambatan ekspor dari sisi Indonesia (supply side) diantaranya: isu terkait Usaha Kecil Menengah (UKM), regulasi, ekspor komoditas primer, pajak ekspor, ekspor illegal input, hilirisasi industri berorientasi ekspor untuk meningkatkan nilai tambah, sektor jasa dan  infrastruktur ekspor.

Dr. Arif lebih menyampaikan UNIED ini merupakan sebuah organisasi perguruan tinggi di Indonesia yang memberi perhatian terhadap pengembangan kebijakan, riset, dan pembelajaran dalam bidang ekspor.

“Jejaring ini difasilitasi untuk pertama kali oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) dan telah diresmikan  Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI) dan  Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti)RI. Semua perguruan tinggi yang menjalin kerjasama dengan Indonesia Eximbank adalah anggota UNIED. Saat ini UNIED memiliki sebelas anggota yang merupakan perguruan tinggi negeri yaitu: IPB, UI, UGM, USU, UNRI, UNDIP, UNS, Unair, Unram, Unud dan Unhas,” papar Dr. Arif.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement