Sabtu 10 Mar 2018 13:00 WIB

Korban Bom Bali Maafkan Pelaku Teror

Chusnul mengaku sempat dendam kesumat dengan para pelaku.

Terorisme
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi terorisme yang terjadi di Indonesia seperti bom Bali 1, 2, bom JW Marriot 1, 2, bom Kedubes Australia, bom Kedubes Filipina, dan bom Thamrin, meninggalkan luka mendalam bagi para korban dan keluarganya. Ratusan nyawa melayang dan ribuan korban mengalami cacat abadi, derita berkepanjangan pun harus mereka rasakan.

Episode kelam itu kini berangsur mulai menemukan secercah harapan. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai kepanjangan tangan pemerintah, telah mempertemukan penyintas dan mantan napi terorisme (napiter) dalam sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI) yang digelar akhir Februari lalu di Jakarta. Kegiatan ini sangat fenomenal karena baru kali pertama terjadi di dunia, penyintas dan mantan napiter dipertemukan langsung.

Kegiatan Satukan NKRI itu nyatanya sukses mencairkan kebuntuan komunikasi antara penyintas dan napiter. Bahkan banyak diantara mereka berhasil menjalin silaturahmi, bahkan saling memaafkan. Para penyintas yang terdiri dari korban bom Bali, Marriot, Kedubes Australia, Thamrin, dan lain-lain bahkan dengan ikhlas dan lapang dada menerima uluran maaf dari mantan napiter.

“Saya hanya bisa berlapang dada menerima ini. Mungkin ini sudah takdir dari Allah SWT. saya harus memaafkan mereka. Allah saja Maha Pemaaf, masa saya tidak memberi maaf,” ujar korban bom Bali, Chusnul Chotimah, dalam siaran persnya, Jumat (9/3).

Chusnul Chotimah adalah korban Bali 1 yang membuat ia cacat seumur hidup. Muka dan sekujur badannya mengalami luka bakar akibat teror tersebut. Meski sudah menjalani operasi plastik, kondisi tubuhnya tetap tidak bisa kembali seperti semula. “Untuk apa kita dendam karena dendam tidak akan mengubah bentuk saya,” kata Chusnul.

Chusnul mengaku sempat dendam kesumat dengan para pelaku. Namun seiring berjalannya waktu, ia mengaku berusaha belajar ikhlas dan menerima takdir ini. Kini, ia merasa lebih lega dan ingin menjalani hidup lebih tenang, di samping berharap tidak ada lagi aksi-aksi terorisme.

“Dari air kita belajar ketenangan. Dari batu kita belajar kekuatan, dari tanah kita belajar kehidupan dari kekerasan kita belajar hidup cinta damai. Maka cukuplah jangan ada lagi teror di negara kita. Mari kita jaga keutuhan NKRI tercinta ini,” tutur Chusnul Chotimah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement