Rabu 14 Mar 2018 19:45 WIB

'Pancasila Bisa Jadi Role Model Peradaban Dunia'

Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika bisa menjadi acuan untuk hadapi dunia yang majemuk.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Gita Amanda
Din Syamsudin dalam rangkaian milad akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3).
Foto: UMY
Din Syamsudin dalam rangkaian milad akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Peradaban dunia saat ini banyak disebutkan oleh para pakar sebagai peradaban dunia yang tidak punya kepastian. The world of disorder, the world of uncertainty, bahkan ada pula yang menyebut bahwa sedang terjadi pergeseran besar dari peradaban dunia.

Hal tersebut terjadi karena dunia saat ini menganut sistem yang berpangkal pada liberalisme, humanisme sekuler, ekonomi neo liberal, yang sesungguhnya anti tuhan dan terlalu menganggap manusia sebagai pusat kehidupan yang serba bisa dan serba kuasa. oleh karena itulah Din Syamsudin memberikan dua solusi untuk menghadapi pergeseran peradaban dunia tersebut.

Menurutnya, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang dimiliki oleh Indonesia bisa menjadi acuan atau role model, untuk menghadapi dunia yang majemuk saat ini. Bahkan banyak tokoh non-Muslim di luar negeri yang mengapresiasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

"Manusia yang selalu dianggap sebagai pusat kehidupan, serba bisa, serba kuasa, yang menyebabkan terjadinya pergeseran besar dalam peradaban dunia saat ini, memerlukan solusi. Pertama, perlu ada nilai-nilai pengikat atau kesepakatan untuk hidup bersama," kata Din dalam rangkaian milad akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3).

photo
Din Syamsudin dalam rangkaian milad akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3).

Maka, lanjutnya, slogan semacam Bhineka Tunggal Ika dalam skala global itu perlu dioptimalkan, walaupun Indonesia terdiri atas berbeda-beda bangsa dan agama, namun tetap satu. Selain itu, ia pun menilai sebenarnya Islam jauh sejak 1.400 tahun yang lalu, sebelum adanya HAM, telah memberikan solusi melalui Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Rasulullah yaitu agar bisa hidup berdampingan dan bersama.

"Nah inilah yang diperlukan dunia saat ini," jelas Din Syamsudin. Kedua, tidak hanya slogan pengikat seperti Bhineka Tunggal Ika, lanjut Din lagi, tapi yang bersifat ideologi seperti yang Pancasila yang dimiliki oleh Indonesia

Menurutnya, jika didalami dengan jernih, maka Pancasila itu sangat mencerminkan nilai-nilai agama. Semua agama di Indonesia sepakat negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila adalah bentuk final dan bentuk terbaik demi Indonesi yang bermajemuk.

"Pancasila itu adalah kristalisasi dari nilai-nilai agama," ujarnya.

Din juga menyampaikan bahwa Pancasila saat ini sudah final, artinya dalam aktifitas bernegara Pancasila harus terus dijunjung tinggi sampai kapanpun. Ia menilai, modal utama dalam berbangsa dan bernegara adalah memiliki landasan seperti Pancasila.

Dengan berkembangnya peradaban dunia dan menonjolnya egoisme negara maka landasan seperti Pancasila sangat diperlukan. Itulah mengapa dewasa ini banyak tokoh dunia yang memberikan apresiasi pada Pancasila. Sebab menurut Din, Pancasila itu sampai kapan pun akan tetap cocok untuk peradaban dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement