Rabu 14 Mar 2018 15:31 WIB

Pembakaran Karpet Mushala, Buya Syafii: Ini Kok Aneh

Lokasi kejadian merupakan tempat anak-anak belajar Alquran.

Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)  dan mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dan mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Mantan ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Syafii Maarif mengatakan, kejadian pembakaran gazebo dan karpet mushala di wilayah Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, susah dipahami. "Ini menurut saya kok aneh, susah dipahami, ini apa?" kata Buya Syafii setelah mengunjungi dan melihat gazebo yang terbakar di kompleks Mushola Fatturahman Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Rabu (14/3).

Di wilayah Desa Jambidan, Banguntapan, Bantul, dilaporkan telah terjadi pembakaran karpet Mushola Fatturahman dan gazebo di halaman TPA (Taman Pendidikan Alquran) Faturrahman yang diduga dilakukan oleh orang tak dikenal pada Ahad (11/3) malam. Menurut Buya, upaya pembakaran karpet di rumah ibadah dan gazebo tersebut di luar dugaan dan di luar nalar. Sebab, kompleks kejadian tersebut merupakan tempat anak-anak belajar Alquran yang tidak tahu apa-apa.

"Ini kan ada anak-anak di sini, tidak ada politik. Ini mungkin mengacau atau iseng, tetapi kalau iseng memang keterlaluan, kok yang dibakar itu gazebo," kata Buya.

Karena itu, lanjut Buya Maarif, kepolisian setempat harus bisa mengusut tuntas pelaku pembakaran karpet dan gazebo mushala di Banguntapan ini, sebab kejadian serupa pernah terjadi di wilayah Banguntapan. "Sebulan lalu juga terjadi di gereja (wilayah Kabupaten Sleman), kita tidak tahu ini jaringan mana, kita berharap polisi bisa bergerak cepat dan mengungkap kasus ini serta menangkap pelaku kejadian," katanya.

Bahkan, kata dia, pelaku pembakaran mushala tersebut jangan sampai terbunuh, tetapi ditangkap hidup-hidup agar aparat kepolisian bisa menginterogasi lebih lanjut apakah ada jaringan atau keterkaitan dengan kasus-kasus sebelumnya. "Pelaku agar ditangkap, jangan disakiti atau dibunuh, agar bisa diinterogasi untuk diusut sampai ke akar-akarnya, apakah ini pemain tunggal seperti yang di Gereja Lidwina Sleman atau tidak, kita tidak tahu," kata Buya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement