REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan saat ini di media sosial banyak sebaran ujaran kebencian, berita palsu atau hoax, dan pembunuhan karakter. Wiranto mengajak kaum muda, dalam hal itu Purna Paskibraka Indonesia (PPI), untuk menyebarkan ujaran kebaikan dan ujaran kebenaran yang menentramkam.
"Mereka para pemuda pasti sangat aktif dalam mengikuti perkembangan teknologi, terutama media sosial, apakah instagram, apakah whatsaap, apakah twitter, itu mereka sangat aktif. Karena ancaman muncul di sana maka saya mengajak mereka untuk melawan itu," ujar Wiranto saat membuka acara Forum Koordinasi dan Sinkronisasi dengan tema 'Peran Pemuda Dalam Literasi Media Sosial Untuk Bela Negara Guna Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa' di Jakarta, Selasa (13/3).
Menko Polhukam menjelaskan, jika ada ujaran kebencian yang disebarkan melalui media sosial maka para pemuda melawannya dengan menyebarkan ujaran kebaikan. Selain itu juga beri penjelasan ke masyarakat agar tidak boleh terpengaruh dengan hal-hal jahat dari media yang akan menggangu dan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
"Maka sekarang ini program mereka kumpul di sini kita sadarkan lagi, mereka punya kewajiban untuk bela negara dan kemudian diadakan pelatihan-pelatihan agar mereka memahami bagaimana ancaman-ancaman, apakah itu ancaman yang muncul dari masalah politik, apakah itu yang muncul karena proxy war dari pihak-pihak lain, kita hadapi semua," kata Wiranto.
Dalam kesempatan itu, Wiranto mengatakan bahwa bela negara tidak hanya dalam wujud militer. Menurutnya, saat ini ancaman militer mahal dan akan dihindari oleh banyak negara, karena selain mahal juga dikutuk oleh komunitas internasional. Sehingga ke depan invasi militer akan punah dan bukan merupakan satu alternatif yang baik bagi satu negara.
Lalu apa ancaman itu? Menko Polhukam mengatakan bahwa ancaman saat ini sudah berubah. Ancamannya lebih murah, tidak ketahuan, tidak kelihatan tapi telak. Misalnya saja aksi radikalisme, terorisme, menyebarkan virus-virus ujaran kebencian sehingga bangsa itu pecah sendiri, radikalisasi paham-paham baru, dan proxy war yang menggunakan tangan orang lain untuk menyerang negara Indonesia dengan cara-cara yang halus.
"Sekarang ancaman yang nyata lewat media sosial, perkembngan teknologi sekarang membangun satu wilayah baru yang rawan terhadap kesatuan dan persatuan lewat media sosial. Hoax, ujaran kebencian, ini harua kita hadapi, dan yang menghadapi tidak hanya pemerintah tetapi seluruh bangsa Indonesia," kata Wiranto.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam, Arief P. Moekiyat mengatakan, acara ini dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta yang merupakan anggota PPI. Menurutnya, ini adalah kegiatan pertama Kemenko Polhukam yang bersinergi dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
"Para pemuda ini akan menjadi mitra kerja pemerintah dalam menyebarkan hal-hal positif dan peaan-pesan kebangsaan sehingga bisa mempengaruhi masyarakat Indonesia, " kata Arief.