Selasa 13 Mar 2018 20:59 WIB

Warga Sragi Masih Mengungsi Khawatir Banjir Susulan

Curah hujan masih tinggi sehingga air sungai meluap dan air laut pasang.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Esthi Maharani
Warga menerobos banjir / Ilustrasi
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warga menerobos banjir / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDAR LAMPUNG -- Ratusan warga di berbagai desa dalam Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung masih berada di pengungsian sementara pada Selasa (13/3). Mereka khawatir banjir yang merendam rumahnya akan terjadi lagi karena curah hujan masih terjadi sehingga air sungai meluap dan air laut pasang.

Keterangan yang diperoleh dari warga setempat, Selasa (13/3) malam, ketinggian air yang merendam ratusan rumah warga di sejumlah desa dalam Kecamatan Sragi sudah menyurut dari setinggi pinggang orang dewasa menjadi sebetis orang dewasa. Warga yang sudah mengungsi di pengungsian sementara di tenda-tenda buatan warga dan bantuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, belum berani kembali ke rumah.

Sekretaris Desa Bandar Agung Asikin mengatakan, ratusan rumah masih terendam banjir meski ketinggian air sudah menurun. Ketinggian air masih sebatas betis orang dewasa, namun warga belum berani pulang ke rumah. ''Mereka masih khawatir terjadi banjir susulan,'' katanya.

Dari data BPBD setempat, ia menyatakan, di desanya terdapat 120 rumah penduduk terendam banjir pada Ahad lalu. Hingga Selasa ini sudah terdata sekitar 80-an rumah yang masih terendam banjir. Sedangkan curah hujan masih terjadi, namun intensitasnya mulai agak menurun. Sebagian besar warga yang mengungsi di tempat pengungsian sementara, belum mau pulang ke rumah, mereka menunggu banjir benar-benar surut.

Mengenai kondisi warga di pengungsian, menurut dia, fasilitas air bersih dan kesehatan dari pemerintah belum ada. Warga meminta air bersih dan fasilitas kesehatan segera didatangkan, karena khawatir warga yang mengungsi terserang penyakit karena ketiadaan air bersih untuk masak dan minum.

Jauhnya tempat pengungsian, menyebabkan pasokan pangan ke daerah banjir mengalami kesulitan. Warga yang mengungsi terpaksa mendirikan tenda pengungsian secara bergotong royong dan memasak secara beramain-ramai. Namun yang dikeluhkan warga stok logistik pangan mulai menipis, pasokan pangan dari pemerintah belum tersalurkan ke lokasi pengungsian banjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement