Senin 12 Mar 2018 16:55 WIB

Pengamat Nilai Prabowo Pertimbangkan Koalisi Secara Matang

Prabowo tidak mau buru-buru sebelum adanya koalisi yang stabil

Rep: Farah Noersativa/ Red: Bilal Ramadhan
Prabowo Subianto
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia Said Salahudin menyoroti mengapa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat ini tak kunjung mendeklarasikan Calon Presiden (Capres) dari gabungan partainya untuk Pilpres 2019. Salah satu penyebabnya adalah karena Prabowo saat ini masih mempertimbangkan koalisi secara matang.

"Prabowo saat ini sedang mempertimbangkan matang-matang, dan tidak mau buru-buru sebelum adanya koalisi partai yang stabil dan yang tidak akan berubah sampai dengan pencalonan nanti. Saya kira ini salah satu penyebabnya," kata Said kepada Republika.co.id, Senin (12/3).

Ia mengatakan, hal itu menjadi penting dikarenakan adanya peraturan Presiden Threshol atau peraturan ambang batas bagi partai politik atau gabungan partai politik untuk mengajukan calon presiden atau wakil presiden. Peraturan itu menyebut parpol atau gabungan parpol harus memiliki 20 persen jumlah kursi di DPR dan/atau 25 persen suara sah dalam Pemilu sebelumnya.

"Menurut saya, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi Partai Gerindra, terlebih Prabowo untuk mendeklarasikan diri sebagai capres. Sebab, perolehan suara Gerindra belum mencukupi presidential threshold," ujar Said.

Sementara, sebagai partai politik sendiri, kata dia, memiliki salah satu tujuan untuk menempatkan kader-kader terbaik untuk menjadi pemimpin bangsa. "Sehingga sangat wajar jika partai politik berusaha memunculkan kader-kader lainnya, seperti Ketua Umum atau posisi lainnya untuk diajukan dan ditawarkan oleh pemilih," tuturnya.

Said menuturkan, masih banyak kendala-kendala lain yang menjadi penyebab mengapa Prabowo sangat berhati-hati dalam mengkalkualasi potensi Partai Gerindra untuk mengalahkan incumbent. Ia juga menyebut tak menjadi sebuah masalah bila ia dinilai terlalu lama dalam mempertimbangkan, sementara partai pendukung Pemerintah saat ini telah lebih dulu melakukan konsolidasi.

"Saya kira tak akan berpengaruh signifikan, karena proses masa kampanye panjang sekali. Cukup untuk melakukan konsolidasi," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement