Senin 12 Mar 2018 05:49 WIB

Tommy Soeharto dan Partai Berkarya

Tommy Soeharto mengambil alih posisi ketua umum.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Elba Damhuri
Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Tommy Soeharto (kiri) mengambil nomor urut undian saat acara Pengundian Nomor Urut Peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Ahad (18/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Tommy Soeharto (kiri) mengambil nomor urut undian saat acara Pengundian Nomor Urut Peserta Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Ahad (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID  Partai Berkarya memastikan akan segera mengambil sikap soal dukungan pada pasangan calon di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018. Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra atau yang dikenal dengan nama Tommy Soeharto menegaskan, Berkarya akan mengambil momentum pilkada untuk tampil di tahun politik. Terutama, untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

“Pilkada ini tentunya kita harus punya sikap, siapa yang akan kita dukung. Memang, waktunya sangat singkat, tapi ini momentum buat kita,” kata Tommy saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Berkarya Ketiga di Hotel Lor In Solo, Sabtu (10/3).

Tommy mengatakan, Partai Berkarya harus siap menerima segala risiko dengan mendukung salah satu pasangan calon di sejumlah daerah. Meskipun calon-calon yang didukung Berkarya kalah dalam kontestasi Pilkada 2018, Tommy berharap, para calon bisa bergabung dengan Berkarya.

“Saya harapkan, DPW bisa evaluasi calon-calon yang akan didukung. Selanjutnya, kita akan negosiasikan, baik itu Jabar, Jateng, Jatim, atau lainnya,” kata dia.

Putra bungsu mantan presiden Soeharto itu juga menginstruksikan kader Partai Berkarya untuk kerja keras meraih banyak suara pada Pemilu 2019. Dia menargetkan, Berkarya mampu meraih minimal tiga kursi DPRD tinggkat II kabupaten/ kota pada Pemilihan Legislatif 2019. Menurutnya, tantangan meraup banyak suara di pemilihan legislatif mendatang menjadi tantangan besar bagi partainya sebagai partai baru.

Target tersebut sudah dipertimbangkan matang. Menurut Tommy, untuk meraih satu kursi di DPRD tingkat II dibutuhkan sekitar 12 ribu suara. Dengan target perolehan tiga kursi di DPRD tingkat II, Partai Berkarya pun harus meraih suara sekitar 36 ribu suara di tiap kabupaten/kota. Dengan begitu, kata dia, Partai Berkarya mempunyai peluang besar untuk memperoleh banyak kursi di DPR RI.

Namun, kata Tommy, hal itu pun baru dapat terwujud dengan adanya keterwakilan partai di 514 Kabupaten Kota. Sebab, saat ini, Berkarya baru memiliki 34 DPW provinsi dan 482 DPD kabupaten kota. “Kalau 36 ribu per kabupaten/kota kita kalikan 514 ada sekitar 18 juta suara. Dengan itu, kita yakin kita bisa menjadi pemain besar di Senayan,” kata Tommy.

Mantan Deputi V/Penggalangan Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwoprandjono optimistis kasus yang sempat menjerat dirinya dan Pollycarpus tak akan menjadi batu sandungan Berkarya mencapai target. Muchdi PR dan Pollycarpus sempat terlibat dalam kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib.

Pollycarpus terbukti bersalah dan menjalani hukuman, tapi dibebaskan pada 2014. Sementara, Muchdi terbebas dari tuduhan. Muchdi yakin, kehadirannya di Partai Berkarya justru menjadi nilai tambah untuk membuat besar partai.

“Itu //kan// masalah kecil. Itu //kan// sudah selesai //dulu// bahwa saya tidak terlibat dan saya sudah bersih dan bebas tanpa syarat. //Nggak// ada masalah, justru //nambah// poin untuk partai lebih besar,” kata Muchdi.

Muchdi mengakui, munculnya Partai Berkarya, salah satunya, dilatarbelakangi nostalgia masa Orde Baru. Menurutnya, tidak ada masalah bagi Berkarya untuk meniru semangat dan kesuksesan yang dicapai Soeharto. “Salah satunya, ya begitu. Kita menilai keberhasilan Orde Baru Pak Harto dalam waktu 15 tahun. Perlu diingat juga, pada 1981 sudah jadi negara swasembada, menjadi Macan Asia, semangat itu yang ingin kita teladani,” katanya.

Rapimnas Partai Berkarya juga akan menjadi momentum pergantian posisi ketua umum. Ketua Umum Partai Berkarya Neneng A Tuti menyerukan pada para kader Berkarya untuk mendukung penuh Hutomo Mandala Putra atau akrab disapa Tommy Soeharto sebagai ketua umum Partai Berkarya.

“Hari ini, keinginan jajaran kader Partai Berkarya ingin mewujudkan Bapak Tommy Soeharto menjadi Ketua Umum Partai Berkarya. Saya estafetkan kepemimpinan saya kepada Bapak Tommy,” kata Neneng saat membuka Rapimnas III Partai Berkarya.

Neneng mengungkapkan, perjuangan mendirikan Partai Berkarya membuahkan hasil dengan lulus menjadi salah satu parpol peserta pemilu pada 2019 mendatang. Untuk itu, dia meminta 34 DPW provinsi dan 482 DPD kabupaten/kota gigih berjuang menyiapkan Pemilu 2019.

Neneng optimistis, Partai Berkarya bisa meraih kursi di parlemen. Rapimnas Partai berkarya akan berlangsung selama tiga hari hingga Selasa (13/3).

Sebelumnya, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Yati Andriyani menilai, bergabungnya Pollycarpus dan Muchdi ke dalam Partai Berkarya tidak bisa dilihat dari sisi politik prosedural saja. Yaitu, setiap warga negara berhak bergabung dengan partai politik manapun. Menurutnya, bergabungnya tokoh-tokoh yang pernah bermasalah dengan pelanggaran HAM ataupun yang masih terduga melanggar HAM merupakan cermin lemahnya penegakan hukum di Indonesia.

"Ini adalah buah dari impunitas, ketiadaan penghukuman, atau kekebalan hukum terhadap orang-orang tertentu," kata dia.

Yati menambahkan, ketiadaan penegakan hukum, impunitas, kompromi-kompromi politik, dan absennya sikap politik presiden atas berbagai kasus-kasus kejahatan dan pelanggaran HAM berat dapat berdampak pada kembalinya figur-figur pelaku kejahatan. Terduga pelanggaran HAM pun bukan tidak mungkin dapat kembali ke panggung politik. (Pengolah: agus raharjo).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement