REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dapat meningkatkan status menjadi negara berpendapatan tinggi. Namun untuk mewujudkannya, pemerintah harus menciptakan akses kepada penduduknya yang lebih besar atas pangan bergizi dan berinvestasi di bidang sumber daya manusia.
Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dalam pernyataannya yang diterima di Jakarta, Jumat (9/3) menyatakan, perekonomian Indonesia tumbuh dengan stabil selama bertahun-tahun. Selain itu, pemerintah Indonesia memiliki rencana besar untuk menaikkan peringkat Indonesia, dari negara berpendapatan sedang menjadi negara berpendapatan tinggi.
Langkah-langkah besar telah dilakukan dalam mengentaskan kemiskinan yang absolut, namun upaya pengentasan kemiskinan masih perlu terus diakselerasi. Diharapkan upaya tersebut akan memperkecil kesenjangan ekonomi dan pemerintah Indonesia telah berjanji akan meningkatkan penghidupan rakyat Indonesia, khususnya petani.
Salah satu pendekatan utama untuk mewujudkannya adalah memperbesar akses atas pangan bergizi dan mengurangi prevelansi stunting pada balita. Yaitu, kondisi anak-anak tidak mampu mengembangkan potensi fisik dan mental terbaiknya ketika dewasa kelak.
Akibatnya, di masa depan anak-anak-anak tersebut akan menderita sebagai akibat dari rendahnya kinerja dan produktivitas sehingga tidak memiliki penghasilan cukup untuk menjamin kesejahteraannya. Salah satu penyebab utama dari stunting adalah asupan pangan yang terlalu berat kepada karbohidrat dan kurang nutrisi dari buah, sayuran dan makanan berprotein tinggi.
Berbicara dalam "Jakarta Food Security Summit", Asisten Direktur Jenderal dan Kepala Perwakilan Regional FAO untuk Asia dan Pasifik Kundhavi Kadiresan memuji Indonesia atas inisiatifnya untuk menciptakan keadilan ekonomi. Namun, ia mendorong konvergensi pemangku kepentingan di sektor publik dan swasta untuk mencari peluang dalam meningkatkan gizi sebagai tujuan utama sebagai upaya berkelanjutan dengan tercapainya peningkatan pendapatan.
"Menciptakan keadilan bisa melibatkan banyak hal, tetapi membangun sumber daya manusia merupakan jalan menuju masa depan yang berkelanjutan. Peningkatan kualitas nutrisi melalui akses pangan bergizi, adalah langkah pertama," kata Kadiresan.
Para petani bisa beralih ke tanaman pangan bernilai lebih tinggi seperti sayuran atau buah, atau melakukan penganekaragaman atau diversifikasi bidang pertanian dengan kombinasi akuakultur atau peternakan. Tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi tersebut menjanjikan keuntungan dan pendapatan lebih besar daripada tanaman pokok- padi dan jagung.
"Permintaan akan meningkat dengan cepat di masa depan," katanya seraya menambahkan bahwa petani kecil kerap menjadi kelompok paling rentan mengalami kemiskinan dan rawan pangan.
Dalam berbagai diskusi dengan pemerintah, kementerian, sektor swasta dan pihak-pihak lain, Kadiresan berbicara tentang kebutuhan untuk mengembangkan dan mengaitkan kebijakan pertanian dan kemitraan. Mendukung petani kecil adalah penting dan dapat diselaraskan dengan kerja sama publik dan pihak swasta.
Banyak pengalaman dari negara lain yang mempertemukan sektor publik dan swasta yang lebih sinergis dan saling menguntungkan. "Di Indonesia, agribisnis telah memberi kontribusi yang lebih besar kepada PDB daripada sektor hilir pertanian, sesuai dengan pengalaman negara-negara lain ketika pertumbuhan ekonomi mengalami transformasi struktural. Pola tersebut baik di Indonesia."
Untuk menumbuhkan agribisnis dibutuhkan hubungan pedesaan dan perkotaan yang lebih baik. Di mana diperkirakan 60-70 persen permintaan pangan di Asia saat ini berasal dari daerah perkotaan.
Menurut dia, diversifikasi sektor pertanian Indonesia yang dipersiapkan melalui peningkatan kapasitas petani akan menjamin peningkatan pendapatan mereka, kualitas pangan serta gizi penduduk saat ini dan generasi mendatang dengan menciptakan peluang bisnis yang didukung penguatan rantai nilai yang inklusif dan efisien. "Peluang-peluang tersebut ada, dan tidak boleh dilewatkan begitu saja," demikian kata Kadiresan.