Jumat 09 Mar 2018 22:00 WIB

Okupansi Hotel Lombok Tumbuh Meski Sedang Low Season

Pada Maret, okupansi hotel rata-rata mencapai 68 persen.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah warga dan wisatawan mulai berdatangan ke Pantai Seger di Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, NTB, pada Selasa (6/3) petang. Lautan manusia diperkirakan tumpah ruah di pantai ini menyambut Festival Bau Nyale 2018.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Sejumlah warga dan wisatawan mulai berdatangan ke Pantai Seger di Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, NTB, pada Selasa (6/3) petang. Lautan manusia diperkirakan tumpah ruah di pantai ini menyambut Festival Bau Nyale 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Abdul Hadi Faesal mengatakan, tingkat okupansi kamar hotel pada pekan pertama Maret mencatatkan hasil yang cukup menggembirakan. Pekan pertama Maret 2018, okupansi hotel rata-rata mencapai 68 persen.

Kata Hadi, angka ini di luar yang diperkirakan. Sebab, tiga bulan pertama merupakan masa-masa sepi pemesan kamar atau low season bagi para industri perhotelan.

Menurut Hadi, adanya sedikit kenaikan okupansi pada pekan pertama Maret 2018, tidak lepas dari cukup banyaknya pertemuan berskala nasional dan regional, mulai dari pertemuan Kementerian Dalam Negeri, hingga Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) yang membuat hotel-hotel di Lombok mendapatkan tamu yang cukup banyak.

"Padahal bulan (Maret) ini diperkirakan tidak sebesar ini," ucap Hadi.

Bagi Hadi, kondisi ini menimbulkan optimisme baru bagi perkembangan peningkatan hunian di saat-saat masa puncak atau high season yang biasanya terjadi mulai Juli hingga akhir tahun.

Terlebih, lanjut Hadi, Lombok ditunjuk sebagai tuan rumah dalam MNEK pada Oktober mendatang yang akan menghadirkan ribuan personil angkatan laut di seluruh dunia bersama puluhan kapal perang yang akan merapat ke perairan Lombok.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement