Jumat 09 Mar 2018 17:31 WIB

Perhutanan Sosial Terbukti Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

Masyarakat dapat mengolah kawasan hutan negara secara legal, tanpa merusak hutan.

Presiden Joko Widodo
Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID,TUBAN -- Kelompok Tani Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngimbang Makmur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tuban kini sudah dapat merasakan hasil nyata dari program Perhutanan Sosial. Sejak mendapat Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial pada November 2017, dengan luas 77,25 hektare (ha) untuk 147 KK, hari ini mereka sudah dapat memanen jagung yang ditanam di sela-sela tegakan sengon dan jati.

Hasil panennya diperkiraan sebanyak 33,75 ton untuk 7,5 hektare atau 4,5 ton per hektare. "Dengan menggunakan pola sisip tanam jagung sebelum panen memungkinkan panen dua kali dalam setahun, ditambah pola panen kering yang diterapkan memiliki harga jual setempat 2 kali lipat sekitar Rp 3.200 per kg dari pola panen basah seharga Rp 2.000 per kg," ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dalam acara Penyerahan SK Perhutanan Sosial oleh Presiden RI di Tuban, Jumat (9/03.

Mulai 2017 Pemerintahan Jokowi-JK memang fokus pada pemerataan ekonomi. Bagaimana mengurangi ketimpangan lahan, mengurangi konflik, menciptakan lapangan kerja di pedesaan salah satunya melalui Perhutanan Sosial.

Pemberian hak akses kelola kepada masyarakat melalui Perhutanan Sosial, memungkinkan masyarakat untuk mengolah kawasan hutan negara secara legal, tanpa merusak hutan dengan mengembangkan ekowisata dan agroforestry. "Kami baru menerima SK Perhutanan Sosial bulan November 2017 lalu, dalam waktu 5 bulan kami sudah bisa panen jagung," kata Sujiyem, senang.

Sujiyem, Petani Hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngimbang Makmur mengaku dalam setengah hektare, dia bisa mendapat Rp 6-8 juta sekali panen jagung. Setahun bisa dua Kali panen.

Sujiyem juga mengaku sejak menerima SK Perhutanan Sosial, dia mendapat kemudahan akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI. "Sebelumnya susah untuk memperoleh modal, sehingga harus pinjam melalui rentenir," akunya.

photo
Menko Perekonomian Darmin Nasution

Sebagai gambaran satu hektare lahan bisa ditanami 1.100 pohon, dengan komposisi 880 jati (80 persen) dan 220 Kesambi (20 persen), di sela-sela tegakan dapat ditanam jagung. Untuk penghasilan jangka pendek, diperoleh dari hasil panen jagung, selanjutnya hasil jangka panjang dari pohon Jati dan Kesambi.

Memang hasil pertanian jagung di Tuban adalah tertinggi di Jawa Timur, dengan menggunakan pola tumpang sari, tanam sisip dan panen kering. Dalam 1 hektare dapat menghasilkan 4,5 ton jagung. Selain itu, tanaman kayu keras dapat tumbuh baik beriringan dengan tanaman semusim.

Turut hadir dalam acara tersebut Menteri BUMN, Gubernur Jatim, Bupati Tuban, Satya W Yudha, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, dan Forkompinda Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement