REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Fauziah Mursid, Amri Amrullah, Muhammad Hafil
Lega sudah hati jutaan rakyat Indonesia. Wacana calon presiden (capres) tunggal yang didengung-dengungkan sejumlah kalangan tampaknya bakal tidak terwujud.
Kemarin, secara tegas dan mantap, Partai Gerindra menyatakan akan mengusung ketua umumnya, Prabowo Subianto, sebagai capres pada pilpres 2019. Gerindra akan berkoalisi dengan PKS untuk memenangkan pilpres tersebut.
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menegaskan, calon tunggal pada pilpres 2019 tidak mungkin terjadi. Gerindra tetap mencalonkan capres sendiri, yakni Prabowo Subianto.
Seluruh kader Partai Gerindra dari tingkat pusat hingga daerah sepakat dan solid mengusung Prabowo menjadi capres 2019. Sulit dipungkiri, kata Riza, berbagai masalah hukum, keamanan, dan ekonomi tidak bisa terselesaikan pada kepemimpinan Presiden Jokowi ini.
Dengan persoalan bangsa yang makin menumpuk ini, Gerindra berkeyakinan rakyat butuh capres lain yang dianggap mampu menyelesaikan persoalan bangsa ini. "Ini semakin meyakinkan kami Pak Prabowo akan menang melawan Pak Jokowi di pilpres 2019," kata Riza, Kamis (8/3).
Gerindra mengaku sudah berkomunikasi dengan beberapa partai di luar partai koalisi pemerintah. Sekalipun ada lima parpol yang sudah menyatakan dukungan ke Jokowi, masih ada lima partai lain, termasuk Gerindra, yang bisa bersatu untuk berhadapan dengan calon pejawat.
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menyatakan, Gerindra dan koalisi tinggal menunggu waktu untuk mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai capres mereka. Saat ini sedang dikumpulkan aspirasi dari sejumlah daerah terlebih dahulu.
Dalam deklarasi tersebut, Fadli mengungkapkan, belum menyebut figur pendamping untuk Prabowo. "Pendamping akan dibicarakan dengan partai koalisi. Tentu, orang yang disepakati bersama dan mempunyai elektabilitas tinggi, yang bisa memenangkan pilpres 2019," ujarnya.
Nama-nama yang saat ini sudah beredar, baik sebagai capres maupun cawapres, akan menjadi pertimbangan Gerindra untuk menjadi pendamping Prabowo. Mereka, antara lain, mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan kader Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Gerindra akan memilih cawapres berdasarkan sejumlah pertimbangan, yakni popularitasnya baik, elektabilitasnya tinggi, dan memiliki kecocokan dengan Prabowo dalam bekerja. Cawapres pendamping Prabowo juga harus bisa saling mendukung dan menguatkan serta --yang tak kalah pentingnya--memiliki visi dan misi untuk menyejahterakan rakyat.
"Apakah (cawapres Prabowo) dari kalangan partai atau profesional, kita lihat nanti. Kita akan sangat menghormati dan menghargai nama-nama yang diusung oleh partai koalisi bersama Gerindra," kata Riza.
Koalisi dengan PKS menjadi jalan pertama Gerindra untuk mengusung Prabowo sebagai capres. Fadli menyatakan, partainya sudah pasti berkoalisi dengan PKS. Namun, Gerindra, kata Fadli, tetap terbuka mengajak partai politik lain untuk bergabung bersama mereka.
Ia menilai butuh dukungan kuat partai politik untuk mengajukan Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2019. Perlu koalisi besar partai politik, meskipun koalisi antara Gerindra dan PKS sudah memenuhi syarat 20 persen untuk bisa mengajukan pasangan calon presiden.
Gerindra memiliki 73 kursi dan PKS 40 kursi di parlemen. Dengan total 113 kursi maka Prabowo telah mengantongi 20,17 persen kursi di DPR atau memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden minimal 20 persen.